Suatu hari sanggar pamujan kadipaten Glagah Tinulu bersila seorang raksasa bernama Brajadenta mengheningkan cipta,menutupi sembilan nafsu, pandangannya tertuju pada satu titik dipuncak hidung.Ciptanya terkonsentrsi di keluar masuknya nafas memahmi makna hidup. Didalam sanggar pamujan tersebut sebuah dupa terbakar membuat suasana mistis,membawa sang sukma keluar dari jasad sang rasaksa. Sukma yang keluar menuju alam dewata dan bartemu dengan Sang Hyang Tunggal, Sang raksasa bartanya tentang jati dirinya kepada Sang Hyang Tunggal.
Sang Hyang Tunggal ;,,eh kulup Brajadenta,kenapa kamu menyiksa diri dengan melakukan tapa berhari-hari tanpa makan dan minum,kamu juga menghentikan nafsumu membuat dirimu tidak seperti titah yang seharusnya. Dengan tapamu itu membuat kahyangan terjadi huru hara,maka dari itu Brajadenta apa yang kamu inginkan akan ulun kabulkan asalkan kamu mau mengugurkan tapamu itu."
Brajadenta :,,'duh pikulun,mohon ampun atasa kelancangan hamba yang telah membuat huru hara dikahyangan,hamba melakukan ini karena hamba menginginkan hidup sempurna. Seperti titah yang telah pikulun sempurnakan hidupnya,yang mendapatkan syuarga yang indah tempatnya pikulun."
Sang Hyang Tunggal:,,"kulup Brajadenta,apakh permintaanmu itu sudah kamu pikir dengan kedewasaanmu?'
Brajadenta:,,"hamba sudah memikirkannya dengan segala pertimbangan yang matang pikulun, dan hamba siap melaksanakan perintah pikulun demi terwujudnya keinginan hamba itu pikulun."
Sang Hyang Tunggal :,,''baiklah kalau memang itu permohonanmu Brajadenta,ketahuilah bahwa kesempurnaan seorang titah itu ditandai dengan bertemunya titah tersebut dengan sang penciptanya. Karena dengan adanya titah dialam sang pencipta,semua dharma telah selesai, maka dari itu Brajadenta kalau kamu menginginkan kesempurnaan kamu harus memasuki salah satu alam kalanggengan bernama alam antara (penantian). Kulup Brajadenta ketahuilah bahwa sebenarnya dirimu dan adikmu Brajamusti adalah cipta dari ilmu yang diberikan Prabu Pandu kepada ayahmu,maka sempurnanya kulup Brajadenta harus bersamaan dengan adikmu Brajamusti kembali ke alam keilmuan dan sukmamu kembali ke alam antara."
Brajadenta :,,"sendiko dawuh pikulun,terima kasih atas petunjuk pikulun."
Sang Hyang Tunggal menghilang dari pandangan Brajadenta bersamaan dengan itu terbangunlah sang raksasa dari semedinya. Setelah mendapat wangsit dari dewa,Brajadenta mengundang adiknya Brajamusti,Brajalamatan,Braja Wilkapa dan Kalabendana.
Dalam pisowanan di kadipaten Glagah Tinulu tersebut sang Brajadenta mengutarakan maksud hatinya,yaitu ingin mendapatkan kasempurnaan hidup.
Brajadenta :,,''adik-adikku semuanya,jangan kaget karena saya telah mengundang adik-adikku semuanya dihari yang bukan hari pisowanan. Karena sesuatu hal yang bagi saya sangatlah penting untuk kemajuan dan kelanjutan tahta Pringgondani yang sampai hari ini belum ada yang menduduki tahta."
Kalabendana :,,"maafkan saya kakangmas,bukankah tahta Pringgondani telah kita sepakati bersama kalau yang akan menduduki tahta raja adalah anakmas Gatutkaca?''
Brajadenta ;,,"betul dinda Kalabendana, namun saya meragukan akan kecakapan anakmas Gatutkaca. Apakah dengan semua piyandel dari Gatutkaca sudah cukup untuk modal menjadi raja yang besar dinda?"
Kalabendana :,,"terus bagaimana keinginan kakanda Brajadenta?"
Brajadenta :,,"saya ingin melengkapi piyandel anakmas Gatutkaca dengan ajian yang sangat hebat peninggalan dari rama Prabu Tremboko pemberian dari Prabu Pandu,dengan ajian ini nanti anakmas Gatutkaca akan pilih tanding dan membuat kerajaan Pringgondani akan semakin disegani negara-negara tetangga."
Kalabendana:,,"lalu ajian apa yang akan kakang berikan kepada anakmas Gatutkaca?"
Brajadenta :,,"ajian itu bernama Brajadenta Brajamusti, yang ampuhnya sangat luar biasa, untuk itu adik-adikku semuanya terutama kamu Brajamusti. Siapkan dirimu,untuk merelakan dirimu demi kerajaan Pringgondani dan demi kesempurnaan hidup diriku dan dirimu. Dengan sempurnaya kita berdua maka anakmas Gatutkaca akan bisa membawa Pringgondani menuju negara yang tata titi tentren kartaraharja."
Brajamusti ;,,"adinda Brajamusti hanya sanggup bilang sendiko dawuh,lalu bagaimana cara kita mendapatkan kesempurnaan itu kakang?"
Brajadenta :,,"jangan risaukan tentang hal tersebut yayi,tunggulah sebentar lagi akan ada tanda-tanda dari dewata."
Lagi asik berbincang-bincang dengan adik-adik Brajadenta, datanglah sang patih Sangkuni diikuti oleh Resi Durna menghadap di sitinggil kadipaten Glagah Tinulu. Menjadikan kaget semua yang sowan di sitinggil lalu memberikan tempat duduk untuk kedua tamu agung dari Ngastian tersebut.
Brajadenta :,,"kalau tidak salah ini adalah patih dari negara Ngastina beserta pujangga besar Ngastina,Raden Patih Sangkuni dan Penemban Resi Durna apa kabar kalian. Mohon maaf tidak ada acara penyambutan untuk kehadiran paduka berdua."
Patih Sangkuni :,,'' iya benar sabda dari Raden Brajadenta saya Patih Ngastina dan ini Pujangga keraton Ngastina,tidak jadi mengapa raden jika tidak ada penyambutan terhadap kehadiran kami berdua. Malah kami minta maaf jikalau kehadiran kami mengganggu pisowanan keluarga ini raden!"
Brajadenta :,,''iya Raden patih,setelah kering keringat paduka dan sudah merasa nyaman duduk paduka saya ingin segera tahu apa yang menjadi kepentingan paduka berdua datang di sitinggil kadipaten Glagah Tinulu ini Raden Patih?"
Patih Sangkuni :,,"begini raden,saya dan kakang Panemban Resi Durna hanya meyakinkan apakah negara Pringgondani telah memiliki raja baru,karena bagaimana pun Pringgondani sudah lama sekali bermitra baik dengan negara Ngastina. Seabagai kepedulian antar mitra,Ngastina diwakili saya dan kakang Resi akan memberikan saran atas kekosongan pemerintahan negara Pringgondani ini."
Brajadenta:,,"mungkin raden patih belum mengetahui kabar,kalau Pringgondani telah menyepakati bahwa yang akan menjadi raja adalah keponakan saya Raden Gatutkaca.''
Patih Sangkuni:,,"lho..lho..kok Gatutkaca yang ditetapkan sebagai raja Pringgondani?Apakah tidak melanggar adat Pringgondani raden?Menurut eyang-eyangmu dulu,yang berhak naik tahta menjadi raja adalah anak laki-laki,setelah Prabu Harimba gugur seharusnya anda yang berhak menjadi raja bukan Gatutkaca. Karena Gatutkaca hanyalah seorang cucu,walaupun ibunya kakakmu tapi yang lebih berhak mendapatkan tahta kerajaan itu anda ngger."
Resi Durna:,,,"benar pendapatnya Patih Sangkuni ngger Brajadenta,dimanapun kalau raja meninggal itu anak laki-laki yang tertualah yang berhak naik tahta,kini kakakmu Prabu Harimba gugur harusnya kamu yang naik tahta. Kakakmu Arimbi itukan seorang perempuan tidak berhak menjadi raja,sedangkan kamu adik dari Arimbi maka kamulah yang pantas menjadi raja Pringgondani. Keutamaan seorang anak terhadap orang tua yang telah meninggal adalah berbakti dengan meneruskan perjuangannya,kalau adatnya anak laki-laki menggantikan keprabon Pringgondani maka laksanakanlah ngger. Jadilah anak yang berbakti kepada leluhurmu,jangan krena rapat keluarga terus kamu meninggalkan tradisi leluhurmu Brajadenta."
Brajadenta :,,"apa kesempurnaan hidup seorang anak ditandai dengan ngabekti terhadap orang tua penemban?"
Resi Durna:,,"betul sekali raden. Hidupmu akan sampurna jika kamu berbakti kepada orang tua maka dari itu raden,gagalkan semua hasil rapat keluarga Pringgondani. Jadilah raja raden,bukan Gatutkaca."
Brajadenta :,,kalau begitu saya dengan ini tidak merelakan tahta Pringgondani jatuh ke Gatutkaca,adik-adikku sampaikan hal ini kepada mbakyu Arimbi bahwa Brajadenta membatalkan semua kesepakatan keluarga."
Kalabendana :,,"lho tunggu sebentar kakang,jangan terburu emosi memutuskan suatu perkara yang sudah menjadi ketetapan.Kakang harus ingat,bahwa dalam musyawarah keluarga Pringgondani ada sebab-sebab kenapa kita sepakat Gatut dijadikan raja. Yang sebab itu orang lain tidak perlu tahu,apalagi Sang maha julik si Sangkuni itu. ingat kang ingat betapa janji bapak kita terhadap Prabu Pandu,bahwa negara Pringgondani akan diserahkan kepada keturunannya. Kebetulan turun Prabu Pandu juga termasuk keponakan kita kang."
Brajadenta :,,''saya tidak mau tahu,pulanglah ke Priggondani haturkan niat saya akan memberontak kepada Gatutkaca.Kalau tidak mau pergi saya bunuh kau adik-adikku."
Sambil mencabut gada berdirilah Brajadenta hendak dihantamkan kepada adik-adiknya,bubarlah pisowanan keluarga Pringgondani itu lari menyelamatkan diri.Setelah adk-adik Brajadenta bubar,sejenak sang Brajadenta mengheningkan cipta membaca mantra Aji Gineng dan berbicara batin dengan Brajamusti.
Brajadenta :,,"yayi,jangan sakit hati dengan kalian saya usir dari pisowanan.Ketahuilah yayi inilah cara kita menyatu dengan anak Prabu Gatutkaca,pemberontakan ini jangan kamu tafsirkan kalau saya benci dengan anakmas Gatutkaca. Lebih dari itu,karena sayangnya saya terhadap Gatutkaca maka saya kurbankan demi kejayaannya.Siapkan dirimu yayi,ayo bersama saya menyatu ditangan kanan dan kirinya Gatutkaca yayi."
Brajamusti :,,"sendiko dawuh kakangmas"
Bubarnya pisowanan di kadipaten glagah Tinulu meninggalkan Sangkuni dan Resi Durna.
Sangkuni :,,"sudahlah ngger Brajadenta,jangan kamu khawatirkan adik-adikmu yang tidak mendukungmu.Nanti Korawa akan memberikan bantuan wadya bala untuk menggempur Pringgondani."
Brajadenta:,,"sendiko raden patih,jangan menunggu bergantinya hari. Sekarang juga saya minta bantuan Korawa untuk merebut tahta Pringgondani.
Berangkatlah Brajadenta dengan bantuan wadya bala dari Ngastina menuju Pringgondani.
-----------
Sitinggil Pringgondani telah berkumpul para Pandawa,Prabu Kresna,Arimbi,Gatutkaca dan putra-putra Pandawa mereka berkumpul dalam rangka pelantikan Gatutkaca menjadi raja di Pringgondani. Acara wisuda ratu tidak bisa dilaksanakan karena saudara-saudara Arimbi belum datang di sidang pelantikan.
Prabu Kresna:,,"yayi Arimbi,waktu sudah beranjak siang kenapa adik-adikmu belum sowan di sidang pelantikan Gatutkaca yayi?"
Arimbi :,,"duh kakanda maaf beribu maaf,hamba tidak tahu kenapa adik-adik hamba sampai saat ini belum sowan di Pringgondani. Apa mereka lupa akan acara pelantikan ini kanda?"
Wrekudoro :,,"hmmmm kalau lupa kok rasanya tidak mungkin,menurut perasaan saya bahwa adik-adikmu satu diantara mereka pasti tidak merelakan tahta Pringgondani. Bagaimanapun Gatut hanyalah seorang cucu bukan seorang putra mahkota,jadi kalau adik-adikmu tidak merelakan tahta Pringgondani itu sudah sewajarnya."
Arimbi :,,"tidak begitu kanda,kami sekeluarga sudah sepakat dengan rela bahwa tahta Pringgondani akan diberikan kepada anak kita Gatutkaca. Saya dan saudara-saudara saya telah membaca wasiat kanjeng rama,bahwa tahta Pringgondani akan diberikan kepada turun Prabu Pandu."
Wrekudoro :,,"kalau demikian adanya kenapa adik-adikmu sampai saat ini satupun tidak ada yang hadir?"
Prabu Kresna :,,"sudah..sudah yayi Wrekudoro,sabar siapa tahu mereka ada kendala dijalan yayi."
Belum lama setelah bincang-bincang,datanglah adik-adik Arimbi ke setinggil Pringgondani dengan tergesa-gesa.Kedatangan mereka membuat gaduh para tamu,belum sempat keringat mengering bertanyalah sang Arimbi.
Arimbi :,,"Brajamusti,Brajalamatan,Brajawilkapa dan kamu Kalabendana,kenapa sowanmu ke pisowanan ini sangat tergesa-gesa?Ada apakah yang terjadi yayi?
Brajamusti :,,"duch yyunda,ketiwasan saat ini kakang Brajadenta ingin merebut kemulyaan Pringgondani. Hal ini karena di kadipaten Glagah Tinulu ada tamu dari Ngastina yang memprovokasi kangmas Brajadenta. Malah saat ini kakang Brajadenta telah bersama-sama dengan Korawa ingin menggempur Pringgondani yunda."
Arimbi :,,"kurang ajar yayi Brajadenta telah melanggar janji dan kesepakatan,kangmas Wrekudara bagaimana ini kangmas. Pringgondani kedatangan munsuh."
Wrekudoro :,,"hmmm jangan khawatir,kalau ada musuh datang saya sudah menyiapkan diri bala tentara Ngamarta dan Dwarawati. Kakang Setyaki,keamanan Pringgondani saya serahkan kepadamu. Gunakan seluruh bala tentara untuk menghadapi musuh."
Setyaki :,,"sendiko dawuh yayi."
Raden Setyaki sebagai senopati perang tentara gabungan Ngamarta dan Dwarawati menghadang musuh jauh dari kota raja.Barisan pertama yang maju perang adalah tentara dari Korawa, Raden Kartamarmo sebagai senopatinya. Bala tentara Korawa digempur oleh Styaki dan kalah mundur diganti pasukan pimpinan Aswatama. Melihat adanya tentara dengan kekuatan baru,Hanoman membantu Setyaki bertempur dengan hebatnya.Pasukan Korawa mundur berlahan-lahan,melihat tentaranya mundur Brajadenta maju memberi semangat.Setyaki dan Hanoman dihajar oleh Brajadenta dengan kesaktiannya yang sangat hebat,dalam satu kesempatan Hanoman menyarankan agar mundur minta bantuan.Setyaki mundur menuju ke kota raja untuk minta bantuan kepada Prabu Kresna.Sesampai dikota raja Pringgondani Setyaki melaporkan semua kejadian pertempuran dengan detail,termasuk kekalahannya menghadapi Brajadenta.
Prabu Kresna:,,"yayi Arimbi bagaimana pendapat yayi dengan keadaan seperti ini?Apa harus kakanda dan yayi Wrekudoro yang turun tangan menghadapi Brajadenta?"
Arimbi :,,"jangan kakanda,ini adalah masalah keluarga Pringgondani.Jangan sampai kanda Kresna dan kangmas Wrekudoro ikut campur,biarkan kami yang akan menyelesaikannya kanda."
Prabu Kresna :,,"kalau begitu silahkan yayi,saya tidak akan ikut campur dalam masalah ini."
Arimbi :,,"yayi Brajamusti,bagaimana baiknya yayi,dengan kejadian ini?Dengan pemberontakan yang dilakukan Brajadenta sangatlah memalukan keluarga Pringgondani."
Brajamusti :,"Mbakyu Arimbi,sebenarnya kakang Brajadenta sangat menyayangi anakmas Gatutkaca.Pemberontakan ini hanyalah salah satu cara untuk menganugrahi anakmas Gatutkaca sebuah ilmu ajian sangat hebat warisan eyangnya Prabu Pandu.Ilmu itu bernama Brajadenta dan Brajamusti,untuk mewujudkan itu maka saya dan kakang Brajadenta harus kembali ke alam ke ghoiban.Disamping itu mbakyu Arimbi,dengan pemberontakan ini bertujuan untuk agar raja-raja disekitaran Pringgondani memberi penilaian yang tinggi terhadap anakmas Gatutkaca.Karena mendapatkan tahtanya dengan cara ksatria bukan karena warisan semata.Maka dari itu mbakyu Arimbi,siapkan diri Gatutkaca kesini mbakyu agar saya bisa menyerahkan diri saya kepada anakmas Gatutkaca."
Arimbi :,,"untuk apa yayi Brajamusti menyerahkan diri kepada putraku Gatutkaca?"
Brajamusti :,,"ketahuilah mbakyu,bahwa kakang Brajadenta tidak terkalahkan oleh siapapun.Karena dia adalah kesaktian yang mawujud sebagai makhluk,kalahnya jika jodoh dari kesaktian itu sirna dan menyatu pada diri sesorang."
Arimbi :,,''apakah kamu sudah ikhlas lahir batinmu yayi Brajamusti?''
Brajamusti :,,"mbakyu lahir batin saya dan kakang Brajadenta menjadi tumbal untuk kemakmuran Pringgondani,ayo nak Gatutkaca.Heningkan ciptamu, paman akan menyatu denganmu dibagian tangan kirimu nak.Nanti jikalau kamu berperang dengan pamanmu Brajadenta pukulah pamanmu dengan tangan kirimu dibagian kepala."
Gatutkaca:,,"sendiko dawuh paman."
Mengheningkan ciptanya sang Tetuko,menutupi sembilan nafsunya memfokuskan pikirannya ke pusat nafasnya.Bersamaan itu Sang Brajamusti menggaibkan diri muksa lalu manjing ke tangan kiri Gatutkaca.Melihat kejadian itu menangislah Arimbi dan adik-adiknya yang lain.Menyatunya Brajamusti dan Gatutkaca tiba-tiba ada suara langit "ngger anakku Gatutkaca,amanahlah mengemban kewajiaban ini.Cepatlah temui pamanmu Brajadenta dan hadapilah,agar kami bisa sampurna ngger."
Setelah kejadian yang aneh itu berangkatlah Sang Gatutkaca menuju medan perang ditemani Setyaki. Mendengar Gatutkaca maju di medan perang Brajadenta langsung menemui Gatutkaca dan berperang dengan sengitnya,saling menendang saling menjotos adu kuat dan adu trampil dalam perang.Gatutkaca terdesak dan tertindih oleh Brajadenta,melihat itu Setyaki datang membantu memukul Brajadenta dengan gada wesi kuningnya. Brajadenta terpental kebelakang membuat Gatutkaca terlepas dari tindihannya,disaat itu ada suara ghaib yang terdengar oleh Brajadenta.
Suara Ghaib :,,"kakang Brajadenta,jangan lupa tujuanmu kakang.Kakang hanya ingin mencari kesempurnaan,saya telah menunggumu di alam penatian kakang.Ayo bersama-sama menuju surga loka."
Lemaslah Brajadenta,melihat musuh semakin lemah Gatutkaca maju dan memukulkan tangan kirinya tepat di kepala Brajadenta. Seketika gugurlah sang Brajadenta jatuh tersungkur ditanah,niat hati Gatutkaca ingin merangkul mayat san paman tapi keanehan terjadi.Jasad Brajadenta menguap masuk ke tangan kanan Gatutkaca dan terdengarlah suara dari langit.
"Ngger Gatutkaca,jangan kamu sesali semua yang kamu lakukan pada paman-pamanmu.Semua itu memamng sudah menjadi takdir dewata dan memamg saya dan pamanmu Brajamusti harus kembali ke alam keilmuan.Jadilah Raja yang bijkasana bagi rakyatmu,paman selalu bersamamu ngger."
TANCEP KAYON
(Sanggit Ki Manteb Sudarsono dialih bahasakan oleh admin)
Wednesday, April 29, 2020
Wednesday, April 22, 2020
SANG KAKRASANA
Kakrasana uga peparap Sangkarsana, Jaladara, Balarama, Baladewa, sawise dewasa jumeneng Ratu anan ing Mandura, gumanti keprabone ingkang rama Prabu Basudewa. Patihe aran Pragota lan Prabawa.
Prameswarine Prabu Baladewa aran asma Dewi Erawati, atmajane Prabu Salya ing Mandaraka kang pambayun, peputra Wisata lan Wimuka. Sang Wisata iku kang jumeneng Pangeranpati, nglenggahi kadipaten Mandura, wondene Sang WImuka kasatriyane ing Randhugumbala. Saweneh dalang mratelakake Prabu Baladewa ora kagungan putra, amarga Sang Prabu iu kepanjingan satriya wadat yaiku Sang Laksmana.
Sanjatane Prabu Baladewa yaiku Nenggala lan Alugara, aji-ajine aran Kumbalageni. Ujaring kandha, dayane aji-aji iku manawa winateg, samubarang kang kagepok salirane Prabu Baladewa bisa kobar dadi awu.
Miturut carita pedalangan lakn "Rama nitis," Prabu Rama nitis marang Prabu Kresna, Sang Laksmana ing sakawit nitis marang Arjuna. Nanging, amarga Arjuna iku garwane akeh, mangka Laksmana iku wadt, njalari Laksmanan oncat saka ragne Arjuna banjur manjing anan ragane Prabu Baladewa.Mulane saweneh dalng nyaritakake, Prabu Baladewa iku ora kagungan putra.
Prabu Baladewa kalebu seneng ulah tapa. Nalika isih jaka, panjenengane tau mratapa ana ing Grojogansewu,apeparap Wasi Jaladara. Saka genturing tapane, pandulune Wasi Jaladara waskitha banget.
Nalika samana putri Mandraka kang apeparab Dewi Erawati ilang dinustha maling aguna. Prabu Salya Ratu MAndraka nganakakae sayembara sing surasane mangkene:'',,,sing sapa bisa nemokakake Dewi Erawati, bakal didaupake karo Sang Dewi."
Awit saka waskithaning pandulune Wasi Jaladara, panjenengane bisa priksa yen Dewi Erawati kadustha dening atmajane Prabu Kurandhageni aran Kartawiyuga saka nagara Tirtakadasan. Wasi Jaladara bisa nemokake Dewi Erawati ana ing kadhatoh Tirtakadasan, lan bisa marjaya Prabu Kurandhageni dalasan Kartawiyuga pisan, mulane panjenengane banjur didhaupake karo Sang Dewi.
saweneh dalang mratelakake,ngarepake Bharatayudha, saka pramayogane Prabu Kresna, Prabu Baladewa mratapa ana ing Grojogansewu, jinaga dening Sang Setyaka. Ature Prabu Kresna nalika samana mangkene ;,,,Kaka Prabu Baladewa, kawuningana! Bharathayudha sampun mboten saged dipun singgahi malih, sabab Duryudono mboten purun ngulungaken nagari Ngastina sapalih datheng Pandawa. Manawi kaka Prabu ngarsakaken nyalirani jumeneng senopati ing Bharathayudha, wonten kepareng karsa paduka martapa tumiyinsupados saget unggul ing yudha. Ampun ngantos paduka ngudar tapa, sakderenge sekar tunjung ingkang rineksa pun Satyaka mekar mbabar ganda.
Salugune Prabu Kresna olehe ngaturi mratapa iku mung minangka samudana, supaya kadange wreda iku aja nganti milu Bharathayudha. Sabab, manawa panjenengane nganti kalakon milu Bharathayudha, mestine bakal jumeneng senopatine wadyabala Korawa, njalari asore Pandawa.
Nganti dungkap paripurnane Bharathayudha, kembang tunjung ing prtapan Grojogansewu ora mekar, sabab pucuke ditaleni dening Sang Satyaka. Prabu Baladewa mung menangi perang tandinge Sang Bhima lumawan Prabu Duryodana, ana ing satepining tlaga, padhadene asanjata gada. Nalika Prabu Duryodanaambruk ing bantala amarga wentise kiwa ginada dening Sang Bhima, Prabu Baladewa mrina, nedya mbelani Prabu Duryodana sarana namakake sanjata Nanggala marang Sang Bhima. Nanging enggal-enggal dicegah dening Prabu Kresna kanthi mratelakake yen remuking wentise kiwa ginada dening panenggak Pandawa iku, amarga Prabu Duryodana kena ing SOT kang dingendikake Sang Resi Maitreya.
Mahabharata uga mratelakake yen Prabu Baladewaora milu Bharathayudha. Nanging olehe ora milu iku amarga panggalihe ngalami ewuh aya. Nedya milu Pandawa, wong panjengane luwih tresna marang Korawa. Nanging yen milu Korawa, mesti bakal lumawan Prabu Kresna, amarga kadange taruna kang banget ditresnani iku mesthi milu ngewangi Pandawa. Pepuntoning panggalih, Prabu Baladewa banjur ora milu Bharathayudha.
Miturut carita padhalangan, sedane Prabu Kresna luwih disik tinibang Prabu Baladewa. Nalika Prabu Kresna nedya muksa bebarengan para Pandawa, ngendikane marang Prabu Baladewa, supaya kadange wredha iku karsa tininggal kari, aja gugup kepingin muksa, karsaa ngembani jumenenge ratu Prabu Parikesit ing Ngastina.Pramayogane Prabu Kresna diturut dening Prabu Baladewa. Sawise ngembani Prabu Parikesit kang uga jejuluk Prabu Kresnadwipayana sawatara taun lawase, NGastina katekan parangmuka yaiku Prabu Watuaji sawdyabalane, saka negara Trajutrisna. Prabu Watuaji iku atmajane Prabu Sutedja utawa Prabu Bomantara. Jalaran perang lumawan Prabu Watuaji, kanthi ancas ndepani nagara Ngastina, Prabu Baladewa tumeka ing seda.
Nanging miturut Musalaparwa (parwa XVI ing layang Mahabharatha) sedane Prabu Baladewa luwih disik tinimbang Prabu Kresna.
(ditulis ulang dari buku Silsilah Wayang purwa jild V)
********
Prameswarine Prabu Baladewa aran asma Dewi Erawati, atmajane Prabu Salya ing Mandaraka kang pambayun, peputra Wisata lan Wimuka. Sang Wisata iku kang jumeneng Pangeranpati, nglenggahi kadipaten Mandura, wondene Sang WImuka kasatriyane ing Randhugumbala. Saweneh dalang mratelakake Prabu Baladewa ora kagungan putra, amarga Sang Prabu iu kepanjingan satriya wadat yaiku Sang Laksmana.
Sanjatane Prabu Baladewa yaiku Nenggala lan Alugara, aji-ajine aran Kumbalageni. Ujaring kandha, dayane aji-aji iku manawa winateg, samubarang kang kagepok salirane Prabu Baladewa bisa kobar dadi awu.
Miturut carita pedalangan lakn "Rama nitis," Prabu Rama nitis marang Prabu Kresna, Sang Laksmana ing sakawit nitis marang Arjuna. Nanging, amarga Arjuna iku garwane akeh, mangka Laksmana iku wadt, njalari Laksmanan oncat saka ragne Arjuna banjur manjing anan ragane Prabu Baladewa.Mulane saweneh dalng nyaritakake, Prabu Baladewa iku ora kagungan putra.
Prabu Baladewa kalebu seneng ulah tapa. Nalika isih jaka, panjenengane tau mratapa ana ing Grojogansewu,apeparap Wasi Jaladara. Saka genturing tapane, pandulune Wasi Jaladara waskitha banget.
Nalika samana putri Mandraka kang apeparab Dewi Erawati ilang dinustha maling aguna. Prabu Salya Ratu MAndraka nganakakae sayembara sing surasane mangkene:'',,,sing sapa bisa nemokakake Dewi Erawati, bakal didaupake karo Sang Dewi."
Awit saka waskithaning pandulune Wasi Jaladara, panjenengane bisa priksa yen Dewi Erawati kadustha dening atmajane Prabu Kurandhageni aran Kartawiyuga saka nagara Tirtakadasan. Wasi Jaladara bisa nemokake Dewi Erawati ana ing kadhatoh Tirtakadasan, lan bisa marjaya Prabu Kurandhageni dalasan Kartawiyuga pisan, mulane panjenengane banjur didhaupake karo Sang Dewi.
saweneh dalang mratelakake,ngarepake Bharatayudha, saka pramayogane Prabu Kresna, Prabu Baladewa mratapa ana ing Grojogansewu, jinaga dening Sang Setyaka. Ature Prabu Kresna nalika samana mangkene ;,,,Kaka Prabu Baladewa, kawuningana! Bharathayudha sampun mboten saged dipun singgahi malih, sabab Duryudono mboten purun ngulungaken nagari Ngastina sapalih datheng Pandawa. Manawi kaka Prabu ngarsakaken nyalirani jumeneng senopati ing Bharathayudha, wonten kepareng karsa paduka martapa tumiyinsupados saget unggul ing yudha. Ampun ngantos paduka ngudar tapa, sakderenge sekar tunjung ingkang rineksa pun Satyaka mekar mbabar ganda.
Salugune Prabu Kresna olehe ngaturi mratapa iku mung minangka samudana, supaya kadange wreda iku aja nganti milu Bharathayudha. Sabab, manawa panjenengane nganti kalakon milu Bharathayudha, mestine bakal jumeneng senopatine wadyabala Korawa, njalari asore Pandawa.
Nganti dungkap paripurnane Bharathayudha, kembang tunjung ing prtapan Grojogansewu ora mekar, sabab pucuke ditaleni dening Sang Satyaka. Prabu Baladewa mung menangi perang tandinge Sang Bhima lumawan Prabu Duryodana, ana ing satepining tlaga, padhadene asanjata gada. Nalika Prabu Duryodanaambruk ing bantala amarga wentise kiwa ginada dening Sang Bhima, Prabu Baladewa mrina, nedya mbelani Prabu Duryodana sarana namakake sanjata Nanggala marang Sang Bhima. Nanging enggal-enggal dicegah dening Prabu Kresna kanthi mratelakake yen remuking wentise kiwa ginada dening panenggak Pandawa iku, amarga Prabu Duryodana kena ing SOT kang dingendikake Sang Resi Maitreya.
Mahabharata uga mratelakake yen Prabu Baladewaora milu Bharathayudha. Nanging olehe ora milu iku amarga panggalihe ngalami ewuh aya. Nedya milu Pandawa, wong panjengane luwih tresna marang Korawa. Nanging yen milu Korawa, mesti bakal lumawan Prabu Kresna, amarga kadange taruna kang banget ditresnani iku mesthi milu ngewangi Pandawa. Pepuntoning panggalih, Prabu Baladewa banjur ora milu Bharathayudha.
Miturut carita padhalangan, sedane Prabu Kresna luwih disik tinibang Prabu Baladewa. Nalika Prabu Kresna nedya muksa bebarengan para Pandawa, ngendikane marang Prabu Baladewa, supaya kadange wredha iku karsa tininggal kari, aja gugup kepingin muksa, karsaa ngembani jumenenge ratu Prabu Parikesit ing Ngastina.Pramayogane Prabu Kresna diturut dening Prabu Baladewa. Sawise ngembani Prabu Parikesit kang uga jejuluk Prabu Kresnadwipayana sawatara taun lawase, NGastina katekan parangmuka yaiku Prabu Watuaji sawdyabalane, saka negara Trajutrisna. Prabu Watuaji iku atmajane Prabu Sutedja utawa Prabu Bomantara. Jalaran perang lumawan Prabu Watuaji, kanthi ancas ndepani nagara Ngastina, Prabu Baladewa tumeka ing seda.
Nanging miturut Musalaparwa (parwa XVI ing layang Mahabharatha) sedane Prabu Baladewa luwih disik tinimbang Prabu Kresna.
(ditulis ulang dari buku Silsilah Wayang purwa jild V)
********
Tuesday, April 21, 2020
DAUPE PRABU KRESNA KALAWAN DEWI RUKMINI
Ing sawijine dina Prabu Kresna Narendra ing Dwarawati mbeneri lagi ana ing sajroning tamansari, dumadakan karawuhan Maharsi Narada. Sang Maharsi paring priksa yen Bathari Sri wis manjanma ing marcapada apeparab Dewi Rukmini, dadi atmajane Prabu Bismaka ing nagara Kumbina.
Koacap Prabu Cedhya ratu ing Cedhi, kayungyun ing warta marang sulistyaning warnane Dewi Rukmini. Awit saka iku, Prabu Cedhya iya Prabu Sisupala , Nglamar sang Dewi Rukmini kanti dibyantu dening Prabu Jarasandha narendra ing praja Karawira (ing Mahabharata kasebut negara Magadha utawa Giribraja). Panglamare Prabu Sisupala ditampa kanthi renaning penggalih dening Prabu Bismaka. Sang Rukma, raja putra ing Kumbina kaprenah rayine Dewi Rukmini, banget condhong ing karsa marang bakal daupe Sang Dewi karo narendra ing Cedhi.
Prabu Kresno sanadyan durung tau priksa wujude Dewi Rukmini, lagi midhangetke pawarta ayuning warnane bae, wis kasmaran marang Sang Dewi.Nanging ratu ing Dwarawati iku rumangsa ewuh aya, amarga miyarsa pawarta yen Sang Dewi Rukmini wis meh didaupake karo Prabu Sisupala. Prabu Kresna tansah manggalih, kepiye bisane kaleksanan mengku Sang Dewi. pepunthoning penggalih, Sang Dewi nedya dibradat bae. Sakdurunge mbradat Dewi Rukmini, Prabu Kresna utusan abdi aran Priyambada, ndikakake ngedom-edom ana ing sajroning praja Kumbina.
Dewi Rukmini, wiwit ngerti yen dilamar dening Ratu Cedhi, lan panglamare wis ditampa kanthi suka rena dening ingkang rama Prabu Bismaka, panggalihe tansah nggresah susah. Kang dadi idam-idamane Sang Dewi bisaa kagarwa dening Prabu Kresna. Mangkono uga ingkang ibu Sang Prameswari kapengin banget kagungan putra mantu Ratu Dwarawati.
Ana abdi ing Kumbina aran Kasari, ing sawijining dina nyuwun pamit marang gustine nedya tilik wong tuwane ing desane. Dumadakan Kasari kepethuk karo sadulure nak sanak aran Priyambada, abdine Prabu Kresna. Baline nyang kedathon maneh, Kasari dititipi kembang lan layang dening Priyambada, supaya diaturake marang Dewi Rukmini. Kembang lan layang iku pinangkane saka Prabu Kresna. Wiwit tampa layang lan kembang Sang Dewi nawung gandrung marang Prabu Kresna . Kanggo nawur gandrunge Dewi Rukmini saben bengi tindak menyang tamansari; nanging gandrunge marang Prabu Kresna ora bisa mendha, mandar saya ngranuhi, Ratu Dwarawati tansah gumantung ing tuntunging panggalih Sang Dewi.
Maharsi Narada nemoni Prabu Jarasandha, mratelakake yen Prabu Kresna nedya mbradad Dewi Rukmini. Ngendikane Maharsi Narada mangkono iku diaturake priksa dening Prabu Jarasandha marang Prabu Bismaka. Ratu loro iku, Prabu Jarasandha karo Prabu Bismaka , banjur padha rembugan ngupaya reka, kanggo ngawekani aja nganti Sang Dewi dibradad dening Ratu Dwarawati. Pepuntoning rembug, Sang Dewi nedya didhaupake tumuli karo narendra ing Cedhi. Awit saka iku, Prabu Jarasandha enggal-enggal nemoni ratu Cedhya, ngendikaake samekta kay salumrahe Narendra kang nedya panggihasta (daup) karo calon garwa.
Dewi Rukmini saya nawung sungkawa lan saya goreh rongeh panggalihe. Si Priyambada enggal-enggal didhawuhi sowan ana Dwarawati ngaturi Prabu Kresna supaya tumuli rawuh ing kadhaton Kumbina ing wengi iku uga. Sawise tata-tata, Prabu Kresna banjur tindak didherekake si Priyambada lan abdine siji maneh aran Prawira. Si Priyambada didhawuhi matru marang Dewi Rukmini, mratelakake yen Prabu Kresna olehe nedya mapag lan mbradad Sang Dewi ing wayah ndungkap madya ratri.
Wiwit ing wayah sore ing kedhaton Kumbina wis rame suwarane wong-wong kang padha tandang gawe nyametakake ubarampe kanggo kaperluan temuning temanten Dewi Rukmini karo Ratu Cedhi. Nanging bareng wayah madya ratri, kanthi dhedhemitan panganten putri oncat saka kadahaton, dipethuk dening Prabu Kresna diunggahke ing kreta, digawa mlayu.
Murcane panganten putri dilapurake marang Prabu Bismaka. Sang Prabu duka tan sipi, dhawuh ngerigage wadyabala Kumbina, ndikakake nututi maling aguna kang ndustha pangantin putri, yaiuku Prabu Kresna.
Ing wektu iku ing pendhapa kedhaton Kumbina akeh narendra kang nedya padha mangubagya dhaupe Dewi Rukmini karo ratu Cedhi, padha rumangsa milu disawiyah dening tindake Prabu Kresna. Nanging amarga Ratu ing Dwarawati misuwur sekti, para narendra ora ana kang wani milu ngoyak Prabu Kresna. Saweneh narendra ana kang usul supaya Prabu Kresna dicidra bae sarana diengon limpene, nanging Prabu Jarasandha ora nayogyani panemu mangkono iku. Karsane Prabu Jarasandha nedya minta sraya para Pandawa supaya lumawan Prabu Kresna.
Paminta srayane Prabu Jarasandha disaguhi dening Prabu Yudhistira. Nanging sang Bhima ora nayogyani mitulungi Ratu Cedhi lumawan Prabu Kresna, mandar karsane sang Panenggak Pandawa nedya ngrampungi utusane Prabu Jarasandha. Sang Arjuna ora nyondongi karsane Bhima. Karsane Sang Arjuna, sarehning Prabu Yudhistira wis kebanjur nyaguhi paminta srayaning Prabu Jarasandha, kasaguhan kui kudu ditetepi.
Prabu Kresna ngreti yen bakal dilurugi ratu pirang_pirang, mulane enggal-enggal utusan Patih Udawa menyang Ngamarta, ndikakake ngaturi rawuh para Pandawa ing Dwarawati lumawan parangmuka. Prabu Yudhistira sakadang Pandawa ora saguh minangakani dawuhe Prabu Kresna, awit wis wis kabanjur nyaguhi paminta srayaning Prabu Jarasandha. Mulihe Patih Udawa menyang Dwarawati mawi winelining dening Prabu Yudhistira, supaya Prabu Kresna aja sumelang ing penggalih, awit panjenengane kasinungan kasekten kang banget ngedab-edabi.
Ing sapungkure Patih Udawa, para Pandawa tumuli budhal menyang nagarane Prabu Jarasandha ing Karawira (Magada), saka Karawira (Magada) banjur bebarengan karo Prabu Jarasandha menyang Dwarawati nglurugi Prabu Kresna. Para Korawa uga milu mbiyantu.
Prabu Kresna wis samekta nedya lumawan mungsuh. Ora antara suwe banjur dumadi perang gedhe. Prabu Baladewa mateni mungsuh pirang-pirang Sang Nakula lan Sang Sadewa uga diprajaya dening Prabu Balaldewa. Sang Bhima ngamuk anderpati, ditandingi dening Prabu Baladewa; wasanane Prabu Baladewa kalawan Sang Bhima seda sampyuuh.
Prabu Yudhistira bareng priksa Bhima-Nakula-Sadewa padha kasambut madyane rana, banjur mangsah yudha lumawan Prabu Kresna. Nanging lagi bae ayun-ayunan karo Prabu Kresna, Prabu Yudhistira ora kuwawa ketaman prabawane Ratu Dwarawati, salirane ora bisa obah, pijer mbegegeg megeg megeg pindha tugu sinukarta.
Sang Arjuna tumuli mangsah yuda, perang tanding rok bandawala pati lumawan Prabu Kresna. Bareng meh kasoran, Prabu Kresna mancala warna Bathara Wisnu; nanging Sang Arjuna uga banjur malih Bathara Wisnu. Dadi Bathara Wisnu lumawan Bathara Wisnu.
jleg,jleg,jleg! Para dewa tumidhak ing ngarcapada, padha ngerapu Batara Wisnu sakarone, murih tumuli lilih dukane.
Prabu Yudhistira tumuli mangenjali marang Bathara Wisnu, nyuwun supaya kang padha palastra diuripake maneh. Batara Wisnu nayogyani.
Wasanane, kabeh banjur padha ngurmati dhaupe Prabu Kresna karo Dewi Rukmini.
(itulis ulang dari Silsilah Wayang Purwa jilid V)
********
Koacap Prabu Cedhya ratu ing Cedhi, kayungyun ing warta marang sulistyaning warnane Dewi Rukmini. Awit saka iku, Prabu Cedhya iya Prabu Sisupala , Nglamar sang Dewi Rukmini kanti dibyantu dening Prabu Jarasandha narendra ing praja Karawira (ing Mahabharata kasebut negara Magadha utawa Giribraja). Panglamare Prabu Sisupala ditampa kanthi renaning penggalih dening Prabu Bismaka. Sang Rukma, raja putra ing Kumbina kaprenah rayine Dewi Rukmini, banget condhong ing karsa marang bakal daupe Sang Dewi karo narendra ing Cedhi.
Prabu Kresno sanadyan durung tau priksa wujude Dewi Rukmini, lagi midhangetke pawarta ayuning warnane bae, wis kasmaran marang Sang Dewi.Nanging ratu ing Dwarawati iku rumangsa ewuh aya, amarga miyarsa pawarta yen Sang Dewi Rukmini wis meh didaupake karo Prabu Sisupala. Prabu Kresna tansah manggalih, kepiye bisane kaleksanan mengku Sang Dewi. pepunthoning penggalih, Sang Dewi nedya dibradat bae. Sakdurunge mbradat Dewi Rukmini, Prabu Kresna utusan abdi aran Priyambada, ndikakake ngedom-edom ana ing sajroning praja Kumbina.
Dewi Rukmini, wiwit ngerti yen dilamar dening Ratu Cedhi, lan panglamare wis ditampa kanthi suka rena dening ingkang rama Prabu Bismaka, panggalihe tansah nggresah susah. Kang dadi idam-idamane Sang Dewi bisaa kagarwa dening Prabu Kresna. Mangkono uga ingkang ibu Sang Prameswari kapengin banget kagungan putra mantu Ratu Dwarawati.
Ana abdi ing Kumbina aran Kasari, ing sawijining dina nyuwun pamit marang gustine nedya tilik wong tuwane ing desane. Dumadakan Kasari kepethuk karo sadulure nak sanak aran Priyambada, abdine Prabu Kresna. Baline nyang kedathon maneh, Kasari dititipi kembang lan layang dening Priyambada, supaya diaturake marang Dewi Rukmini. Kembang lan layang iku pinangkane saka Prabu Kresna. Wiwit tampa layang lan kembang Sang Dewi nawung gandrung marang Prabu Kresna . Kanggo nawur gandrunge Dewi Rukmini saben bengi tindak menyang tamansari; nanging gandrunge marang Prabu Kresna ora bisa mendha, mandar saya ngranuhi, Ratu Dwarawati tansah gumantung ing tuntunging panggalih Sang Dewi.
Maharsi Narada nemoni Prabu Jarasandha, mratelakake yen Prabu Kresna nedya mbradad Dewi Rukmini. Ngendikane Maharsi Narada mangkono iku diaturake priksa dening Prabu Jarasandha marang Prabu Bismaka. Ratu loro iku, Prabu Jarasandha karo Prabu Bismaka , banjur padha rembugan ngupaya reka, kanggo ngawekani aja nganti Sang Dewi dibradad dening Ratu Dwarawati. Pepuntoning rembug, Sang Dewi nedya didhaupake tumuli karo narendra ing Cedhi. Awit saka iku, Prabu Jarasandha enggal-enggal nemoni ratu Cedhya, ngendikaake samekta kay salumrahe Narendra kang nedya panggihasta (daup) karo calon garwa.
Dewi Rukmini saya nawung sungkawa lan saya goreh rongeh panggalihe. Si Priyambada enggal-enggal didhawuhi sowan ana Dwarawati ngaturi Prabu Kresna supaya tumuli rawuh ing kadhaton Kumbina ing wengi iku uga. Sawise tata-tata, Prabu Kresna banjur tindak didherekake si Priyambada lan abdine siji maneh aran Prawira. Si Priyambada didhawuhi matru marang Dewi Rukmini, mratelakake yen Prabu Kresna olehe nedya mapag lan mbradad Sang Dewi ing wayah ndungkap madya ratri.
Wiwit ing wayah sore ing kedhaton Kumbina wis rame suwarane wong-wong kang padha tandang gawe nyametakake ubarampe kanggo kaperluan temuning temanten Dewi Rukmini karo Ratu Cedhi. Nanging bareng wayah madya ratri, kanthi dhedhemitan panganten putri oncat saka kadahaton, dipethuk dening Prabu Kresna diunggahke ing kreta, digawa mlayu.
Murcane panganten putri dilapurake marang Prabu Bismaka. Sang Prabu duka tan sipi, dhawuh ngerigage wadyabala Kumbina, ndikakake nututi maling aguna kang ndustha pangantin putri, yaiuku Prabu Kresna.
Ing wektu iku ing pendhapa kedhaton Kumbina akeh narendra kang nedya padha mangubagya dhaupe Dewi Rukmini karo ratu Cedhi, padha rumangsa milu disawiyah dening tindake Prabu Kresna. Nanging amarga Ratu ing Dwarawati misuwur sekti, para narendra ora ana kang wani milu ngoyak Prabu Kresna. Saweneh narendra ana kang usul supaya Prabu Kresna dicidra bae sarana diengon limpene, nanging Prabu Jarasandha ora nayogyani panemu mangkono iku. Karsane Prabu Jarasandha nedya minta sraya para Pandawa supaya lumawan Prabu Kresna.
Paminta srayane Prabu Jarasandha disaguhi dening Prabu Yudhistira. Nanging sang Bhima ora nayogyani mitulungi Ratu Cedhi lumawan Prabu Kresna, mandar karsane sang Panenggak Pandawa nedya ngrampungi utusane Prabu Jarasandha. Sang Arjuna ora nyondongi karsane Bhima. Karsane Sang Arjuna, sarehning Prabu Yudhistira wis kebanjur nyaguhi paminta srayaning Prabu Jarasandha, kasaguhan kui kudu ditetepi.
Prabu Kresna ngreti yen bakal dilurugi ratu pirang_pirang, mulane enggal-enggal utusan Patih Udawa menyang Ngamarta, ndikakake ngaturi rawuh para Pandawa ing Dwarawati lumawan parangmuka. Prabu Yudhistira sakadang Pandawa ora saguh minangakani dawuhe Prabu Kresna, awit wis wis kabanjur nyaguhi paminta srayaning Prabu Jarasandha. Mulihe Patih Udawa menyang Dwarawati mawi winelining dening Prabu Yudhistira, supaya Prabu Kresna aja sumelang ing penggalih, awit panjenengane kasinungan kasekten kang banget ngedab-edabi.
Ing sapungkure Patih Udawa, para Pandawa tumuli budhal menyang nagarane Prabu Jarasandha ing Karawira (Magada), saka Karawira (Magada) banjur bebarengan karo Prabu Jarasandha menyang Dwarawati nglurugi Prabu Kresna. Para Korawa uga milu mbiyantu.
Prabu Kresna wis samekta nedya lumawan mungsuh. Ora antara suwe banjur dumadi perang gedhe. Prabu Baladewa mateni mungsuh pirang-pirang Sang Nakula lan Sang Sadewa uga diprajaya dening Prabu Balaldewa. Sang Bhima ngamuk anderpati, ditandingi dening Prabu Baladewa; wasanane Prabu Baladewa kalawan Sang Bhima seda sampyuuh.
Prabu Yudhistira bareng priksa Bhima-Nakula-Sadewa padha kasambut madyane rana, banjur mangsah yudha lumawan Prabu Kresna. Nanging lagi bae ayun-ayunan karo Prabu Kresna, Prabu Yudhistira ora kuwawa ketaman prabawane Ratu Dwarawati, salirane ora bisa obah, pijer mbegegeg megeg megeg pindha tugu sinukarta.
Sang Arjuna tumuli mangsah yuda, perang tanding rok bandawala pati lumawan Prabu Kresna. Bareng meh kasoran, Prabu Kresna mancala warna Bathara Wisnu; nanging Sang Arjuna uga banjur malih Bathara Wisnu. Dadi Bathara Wisnu lumawan Bathara Wisnu.
jleg,jleg,jleg! Para dewa tumidhak ing ngarcapada, padha ngerapu Batara Wisnu sakarone, murih tumuli lilih dukane.
Prabu Yudhistira tumuli mangenjali marang Bathara Wisnu, nyuwun supaya kang padha palastra diuripake maneh. Batara Wisnu nayogyani.
Wasanane, kabeh banjur padha ngurmati dhaupe Prabu Kresna karo Dewi Rukmini.
(itulis ulang dari Silsilah Wayang Purwa jilid V)
********
SISUPALA
Sisupala yaiku putrane Prabu Damagosa ratu ing negara Cedhi,ibune asma Dewi Sruta. Karo Prabu Kresno kaprenah kadang nak dulur,sebab ibune Sisupala tunggal rama-ibu karo Prabu Basudewa. Sawise dewasa,Sisupolo juneneng ratu ing negara Cedhi gumanti keprabone ingkang rama.
Nalika lair,Sisupala netrane telu sing siji dumunung ing bathuk.Astane papat,sing loro kaanane kaya ula.Nangise seru,kaya panjeriting kuldi. Ndulu kaanane jabang bayi Sisupala kaya mangkono iku, rama-ibne lan kadang-kadange padha prihatin. Miturut panemuning sudarmane,jabang bayi kang kaya mangkono kaanane mracihnani sasmita ala tumrap bangsane dhewe,yaiku bangsa Cedhi. Awit saka iku,karsane Prabu Damagosa, jabang bayi Sisupala nedya dibuang menyang madyane alas. Nanging lagi bae jabang bayi iku nedya dijujung,dumadakan keprungu ana AKACAWAKYA (suwara langit) ing surasane :",,,Heh Prabu Damagosa,wruhanira! Atmajanira kang mentas lair iku ing tembe pinunjul kaprawirane lan gedhe kabegjane, mulane aja nawung prihatin, lan dibecik pangupakaranira marang si jabang. Awit, senandyan dibuwanga sepisan,jabang bayi iku ora bakal mati, sabab durung tekan kalamangsane kudu mati. Wondene kang bakal dadi lantaran patining atmajamu iku,samengko ugo uwis lair ing marcapada."
Midhanget,akacawakya mangkono iu,Dewi Sruta banget giris mirising penggalih. Kagawa saka bangeting kasok tresnane marang putra, sang Dewi matur cumanthaka marang kang ngendikakae akacawakya karo tumenga ing akasa :,,,Pukulun saklakung kumaceluning manah kawula kumedah-kedah mangertos, sinten ingkang ing temb badhe mrajaya anak kawula punika? Duh Jawata agung! Mugi wontena kapareng paduka karsa ngendika malih,supados kawula saget tarwaca dhateng pephestinipun anak kawula punika."
Akacawakya :"...Wruhanira nini Dewi! Sing sapa mangku atmajanira iku lan banjur njalari sirnanning netrane kang dumunung ana ing bathuk, sarta njalari gogroging tangane loro kang kaya ula kaanane, yaiku kang ing tembe mrajaya atmajanira iku."
Kabar kang mratelakake yen Prameswari ing Cedhi nglairake jabang bayi kang aneh nyleneh kaanane,sadela bae wes sumebar tekan ing ngendi-endi. Awit saka iku,akeh brahmana lan Narendra saka manca negari kang prapta ing kedaton Cedhi,kapengi buktikake kabar kang wis rinungu. Raawuhe para brahmana lan narendra ditampa kanthi pangaji-aji dening Prabu Damagosa lang sang prameswari, lan kabeh padha diaturi mangku jabang bayi Sisupala genti-genti. Gunggunge tamu kang wis mangku jabang bayi iku wis luwih saka sewu,nanging ora ana kang njalari sirnaning netrane siji lan rontoging tangane loro kang kaya ula kaanane.
Kocap tetungguling bangsa WRESNI ,sang Sangkarsana lan Sang Narayana,nalika miyarsa pawarta yen Prameswari ing Cedhi nglairke bayi kang nggumunake kaanan,enggal-enggal padha sowan marang ingkang uwa Prabu Damagosa sarimbit. Sapraptane ing kedaton Cedhi, sawise ngurmati para tamu kang ing wektu kui isih padha lenggah ana ing pendhapa kedaton dipanggihi Prabu Damagosa, Sang Sakarsana lan Sang Narayana banjur marak lan ngabekti marang ingkang uwak Sang Prameswari. Sawise bage binage kasugengan,Sang Prameswari tumuli mbopong bayi Sisupala sineleh ing pangkone Sang Narayana. Saknalika netrane kang dumunung ing bathuk sirna,lan tangane loro kang kaanane kaya ula padha gogrog.
Kanthi panggalih kang gugup lan geter dening giris,Prameswari Dewi Sruta ngendika :,,,Kulup pululaningsun Kresna kang pinunjul ing jagad! Ora kaya giris mirirsing panggalihingsun nyumurupi lelakon iki. Pangarep-areping sun, muga sira karsaa mituruti pamintaningsung. Duch pulunaningsun Kresna,mustikaning satriya bangsa Wresni! Mung sira kulup, kang bisa asung panglipur marang ingsung."
Kresna :'',,,duh uwa Dewi! Paduka lebda datheng wewantoning kautaman lan kasusilan. Sumangga, wontena kapareng paduka karsa ngendikakaken,badhe dawuh punapa datheng kawula, tertamtu badhe kawula pinangkani,sanajan dhawuh ingkang boten gampil kawula leksanani."
Dewi Sruta :,,,Duh pulunaningsun Kresna,kang minangka panglipuring panggalingsun! Muga sira bisa asung pangapura, manawa kakangira Sisupala iku ing tembe darbe kaluputan marang sira."
Kresna :",,,o, inggih uwa Dewi, inggih! Sanajan umpaminipun kakangmas pinuka ing tembe darbe dosa ageng datheng kula ingkang pancenipun kedah kapidana pejah,meksa badhe kawula apunten, sok uger kalepatanipun boten langkung saking kaping satus. Milanipun uwa Dewi sampun ngantos kagungan panggalih kawatos."
Wasanane AKACAWAKYA kang rinungu dening Sang Dewi Prameswari kelakon temenan. Sang Sisupala seda diprajaya dening Prabu Kresna sarana linepasan sanjata CAKRA ing madyaning pasamuwan sesaji RAJASUYA kang dianaake dening Prabu yudhistita.
****
Nalika lair,Sisupala netrane telu sing siji dumunung ing bathuk.Astane papat,sing loro kaanane kaya ula.Nangise seru,kaya panjeriting kuldi. Ndulu kaanane jabang bayi Sisupala kaya mangkono iku, rama-ibne lan kadang-kadange padha prihatin. Miturut panemuning sudarmane,jabang bayi kang kaya mangkono kaanane mracihnani sasmita ala tumrap bangsane dhewe,yaiku bangsa Cedhi. Awit saka iku,karsane Prabu Damagosa, jabang bayi Sisupala nedya dibuang menyang madyane alas. Nanging lagi bae jabang bayi iku nedya dijujung,dumadakan keprungu ana AKACAWAKYA (suwara langit) ing surasane :",,,Heh Prabu Damagosa,wruhanira! Atmajanira kang mentas lair iku ing tembe pinunjul kaprawirane lan gedhe kabegjane, mulane aja nawung prihatin, lan dibecik pangupakaranira marang si jabang. Awit, senandyan dibuwanga sepisan,jabang bayi iku ora bakal mati, sabab durung tekan kalamangsane kudu mati. Wondene kang bakal dadi lantaran patining atmajamu iku,samengko ugo uwis lair ing marcapada."
Midhanget,akacawakya mangkono iu,Dewi Sruta banget giris mirising penggalih. Kagawa saka bangeting kasok tresnane marang putra, sang Dewi matur cumanthaka marang kang ngendikakae akacawakya karo tumenga ing akasa :,,,Pukulun saklakung kumaceluning manah kawula kumedah-kedah mangertos, sinten ingkang ing temb badhe mrajaya anak kawula punika? Duh Jawata agung! Mugi wontena kapareng paduka karsa ngendika malih,supados kawula saget tarwaca dhateng pephestinipun anak kawula punika."
Akacawakya :"...Wruhanira nini Dewi! Sing sapa mangku atmajanira iku lan banjur njalari sirnanning netrane kang dumunung ana ing bathuk, sarta njalari gogroging tangane loro kang kaya ula kaanane, yaiku kang ing tembe mrajaya atmajanira iku."
Kabar kang mratelakake yen Prameswari ing Cedhi nglairake jabang bayi kang aneh nyleneh kaanane,sadela bae wes sumebar tekan ing ngendi-endi. Awit saka iku,akeh brahmana lan Narendra saka manca negari kang prapta ing kedaton Cedhi,kapengi buktikake kabar kang wis rinungu. Raawuhe para brahmana lan narendra ditampa kanthi pangaji-aji dening Prabu Damagosa lang sang prameswari, lan kabeh padha diaturi mangku jabang bayi Sisupala genti-genti. Gunggunge tamu kang wis mangku jabang bayi iku wis luwih saka sewu,nanging ora ana kang njalari sirnaning netrane siji lan rontoging tangane loro kang kaya ula kaanane.
Kocap tetungguling bangsa WRESNI ,sang Sangkarsana lan Sang Narayana,nalika miyarsa pawarta yen Prameswari ing Cedhi nglairke bayi kang nggumunake kaanan,enggal-enggal padha sowan marang ingkang uwa Prabu Damagosa sarimbit. Sapraptane ing kedaton Cedhi, sawise ngurmati para tamu kang ing wektu kui isih padha lenggah ana ing pendhapa kedaton dipanggihi Prabu Damagosa, Sang Sakarsana lan Sang Narayana banjur marak lan ngabekti marang ingkang uwak Sang Prameswari. Sawise bage binage kasugengan,Sang Prameswari tumuli mbopong bayi Sisupala sineleh ing pangkone Sang Narayana. Saknalika netrane kang dumunung ing bathuk sirna,lan tangane loro kang kaanane kaya ula padha gogrog.
Kanthi panggalih kang gugup lan geter dening giris,Prameswari Dewi Sruta ngendika :,,,Kulup pululaningsun Kresna kang pinunjul ing jagad! Ora kaya giris mirirsing panggalihingsun nyumurupi lelakon iki. Pangarep-areping sun, muga sira karsaa mituruti pamintaningsung. Duch pulunaningsun Kresna,mustikaning satriya bangsa Wresni! Mung sira kulup, kang bisa asung panglipur marang ingsung."
Kresna :'',,,duh uwa Dewi! Paduka lebda datheng wewantoning kautaman lan kasusilan. Sumangga, wontena kapareng paduka karsa ngendikakaken,badhe dawuh punapa datheng kawula, tertamtu badhe kawula pinangkani,sanajan dhawuh ingkang boten gampil kawula leksanani."
Dewi Sruta :,,,Duh pulunaningsun Kresna,kang minangka panglipuring panggalingsun! Muga sira bisa asung pangapura, manawa kakangira Sisupala iku ing tembe darbe kaluputan marang sira."
Kresna :",,,o, inggih uwa Dewi, inggih! Sanajan umpaminipun kakangmas pinuka ing tembe darbe dosa ageng datheng kula ingkang pancenipun kedah kapidana pejah,meksa badhe kawula apunten, sok uger kalepatanipun boten langkung saking kaping satus. Milanipun uwa Dewi sampun ngantos kagungan panggalih kawatos."
Wasanane AKACAWAKYA kang rinungu dening Sang Dewi Prameswari kelakon temenan. Sang Sisupala seda diprajaya dening Prabu Kresna sarana linepasan sanjata CAKRA ing madyaning pasamuwan sesaji RAJASUYA kang dianaake dening Prabu yudhistita.
****
Sunday, April 19, 2020
TOKOH WAYANG KUNTHIBOJA LAN BASUKUNTHI
Prabu Kunthiboja iku putrane Prabu Ramabatlawa,utawa wayahe Prabu Ramawijaya. Prameswarine Prabu Kunthiboja asmane Dewi Sumarta,peputra Basukunthi jumeneng ing Manduro jejuluk Prabu Basukunthi,uga ajejuluk Prabu Kunthiboja,nunggak semi asmane ingkang rama.
Prameswarine Prabu Basukunthi asma Dewi Bandondari,peputra lima yaiku :
1.Dewi Sruta,kagarwa Prabu Damagosa ratu ing negara Cedhi,peputra Sisupala
2.Basudewa,jumeneng ratu ing Manduro gumanti keprabone keng rama,prameswarine telu cacahe.Garwane klangenan 1 (yaiku Dewi Badrahini,pamburine iya banjur dadi garwa padmi).
Dewi Rohini, peputra Sangkarsana (Kakrasana,Baladewa,Balarama)
Dewi Dewaki,peputra Kresno (Narayana,Gowinda,Asyuta,Kesawa)
Dewi Maherah,peputra Kangsa (salugune Kangsa putane Prabu Gorowongso ratu Guwobarong)
Dewi Badrahini,peputra Dewi Sumbadra/Rara Ireng.
3.Aryaprabu,asmane sing ganep Aryoprabu Rukma,jumeneng ratu ing negara Kumbina jejuluk Prabu Bismaka,prameswarine widadari asma Dewi Rumbini,peputra Dewi Rukmini lan Rukma. Dewi Rukmini kargawa dening Prabu Kresno.
4.Ugroseno,jumeneng ratu ing negara Lesanpura ajejuluk Prabu Setyajid,prameswarine widadari asma Dewi Wresini,peputra Setyaki lan Dewi Setyaboma.Sang Dewi kagarwa Prabu Kresno.
5.Dewi Kunthi kagarwa Prabu Pandu Dewayana,peputra Yudhistira,Bhima,lan Arjuna. Miturut Mahabharata ,Dewi Kunthi iku salugune atmajane Prabu Surasena ratuning bangsa Yadawa,wiwit timur sang dewi dipasrahke marangPrabu Kunthiboja.
******
Prameswarine Prabu Basukunthi asma Dewi Bandondari,peputra lima yaiku :
1.Dewi Sruta,kagarwa Prabu Damagosa ratu ing negara Cedhi,peputra Sisupala
2.Basudewa,jumeneng ratu ing Manduro gumanti keprabone keng rama,prameswarine telu cacahe.Garwane klangenan 1 (yaiku Dewi Badrahini,pamburine iya banjur dadi garwa padmi).
Dewi Rohini, peputra Sangkarsana (Kakrasana,Baladewa,Balarama)
Dewi Dewaki,peputra Kresno (Narayana,Gowinda,Asyuta,Kesawa)
Dewi Maherah,peputra Kangsa (salugune Kangsa putane Prabu Gorowongso ratu Guwobarong)
Dewi Badrahini,peputra Dewi Sumbadra/Rara Ireng.
3.Aryaprabu,asmane sing ganep Aryoprabu Rukma,jumeneng ratu ing negara Kumbina jejuluk Prabu Bismaka,prameswarine widadari asma Dewi Rumbini,peputra Dewi Rukmini lan Rukma. Dewi Rukmini kargawa dening Prabu Kresno.
4.Ugroseno,jumeneng ratu ing negara Lesanpura ajejuluk Prabu Setyajid,prameswarine widadari asma Dewi Wresini,peputra Setyaki lan Dewi Setyaboma.Sang Dewi kagarwa Prabu Kresno.
5.Dewi Kunthi kagarwa Prabu Pandu Dewayana,peputra Yudhistira,Bhima,lan Arjuna. Miturut Mahabharata ,Dewi Kunthi iku salugune atmajane Prabu Surasena ratuning bangsa Yadawa,wiwit timur sang dewi dipasrahke marangPrabu Kunthiboja.
******
Sanggit Pandu Suargo Bag lll (Tamat)
Setelah Goro-goro
Adegan Pisowanan Kahyangan
Sang Jagat Girinoto atau Batara Guru dihadapan para dewa dikahyangan mengadakan pisowanan agung.Tiba-tiba menghadaplah Batara Narada dengan Bimo.
Batara Guru :"Kakang Narada,bagaimana kabarnya kakang?Setelah ulun utus kakang untuk menghadapkan Bimo Suci dihadapan ulun?"
Batara Narada :"Iya adi Guru,berkat doa dari adi Guru tugas yang kito perintahkan telah ulun kerjakan dengan baik,dan titah dibelakang ulun inilah Bimo Suci."
Batara Guru :"Kabar yang sangat bagus sekali kakang Narada,coba ulun intrugasi Bimo Suci kakang.Heh titah ulun Bimo Suci,apa benar kito mengajarkan ilmu tentang rahasia hidup yang tersirat dalam Serat Jendra Pangruwating Dyu?"
Bimo Suci :"iya,memang benar yang disabdakan pikulun Batara Guru."
Batara Guru :"Apa kito mengetahui bahwa yang kito lakukan akan menimbulkan bencana bagi keseimbangan alam?"
Bimo Suci :"Saya tidak mengetahui sebab akibat yang akan timbul dengan apa yang telah saya lakukan.Saya merasa bahwa ajaran itu sangat luhur dan baik untuk manusia,terbukti bahwa manusia yang mengetahui ilmu rahasia hidup akan merasa sejahtera lahir batinnya."
Batara Guru :"Ketahuilah heh Bimo,bahwa apa yang kito lakukan menimbulkan panas yang sangat luar biasa,sehingga kalau kito terus melanjutkan mengajarkan ilmu rahasia hidup maka samudra utara dan samodra selatan akan mengering.Untuk itu,ulun sebagai pengatur keseimbangan kehidupan di mayaypada kito ulun jatuhi hukuman dengan memasukkan kito kedalam kawah Condrodimuko."
Bimo Suci :"waaah malah kebetulan sekali,jangan repot-repot saya sendiri yang akan masuk kedalam kawah Condrodimuko".
Keluarlah Bimo Suci dari pisowanan agung kahyangan dan berlari masuk kedalam kawah Condrodimuko.Sebantar setelah keluarnya Bimo dari pisowanan agung kahyangan,datanglah Puntodewa bersama Janoko dan kembar menghadap Batara Guru.
Batara Guru :"Ini seperti titah ulun Puntodewa bersama adik-adiknya sowan di pisowanan agung kahyangan.Ada perlu apakah heh Punto,sehingga kito sowan dengan wadah wantah?"
Puntodewo :"Iya pikulun mohon ampun apabila hamba bersama adik-adik hamba sowan tanpa ada undangan dari paduka pikulun.Karena rasa sayang kami kepada saudara kami Bimo,yang waktu ini sedang dihukum para dewa dimasukan ke kawah Condrodimuko,maka hamba beserta adik-adik hamba akan sebela pati."
Batara Guru :"Terus keinganan kalian bagaiman heh Punto?"
Puntodewa :"Hamba besrta saudara hamba akan ikut serta masuk kedalam kawah Condrodimuko,dijinkan atau tidak hamba akan memasuki kawah tersebut."
Setelah berbicara demikian,Puntodewa dan adik-adiknya keluar dari pisowanan dan masuk kedalam kawah Condrodimuko.
Sepekan berlalu para Pandawa masuk kedalam kawah Condrodimuko,tanpa sebab ada raksasa Drupoyakso mengamuk dikahyangan menuntut kebebasan para Pandawa.Semua dewa tidak mampu mengimbangi kesaktian raksasa Drupoyakso sehingga Batara Guru pun harus turun ke bumi untuk bersembunyi dan minta pertolongan.Dimayapada Batara Guru menemui kakaknya Semar Bodronoyo.
Semar :"huuuuuuuuuhhh ini seperti pikultn Batara Guru yang hadir di gubug saya,bagaimana kabarmu Guru?"
Batara Guru :"Iya kakang,memang benar ulun adikmu Batara Guru.Ulun kesini hendak minta pertolongan kepada kakang Semar."
Semar :"Eeeehhh,minta tolong apa dhi?Kalau sekiranya saya bisa menolongmu,tertentu saya akan menolongmu."
Batara Guru :"Begini kakang,kahyangan kedatngan musuh yang saktinya tiada tanding.Musuh yang berwujud raksasa bernama Drupoyaksa telah berani menggempur kahyangan dan berhasil menguasainya kakang.Maka dari itu kakang ulun minta pertolongan kakang Semar untuk menyirnakan raksasa ini kakang."
Semar :"Eeeeeeehhh,hebat benar raksasa itu,heh Guru!Apakah raksasa itu menuntut sesuatu darimu,sehingga raksasa itu berani mebuat onar di kahyangan?"
Batara Guru :"Iya kakang,benar katamu.Bahwa raksasa itu menuntut agar ulun membebaskan para Pandawa dari kawah Condrodimuko."
Semar :"Kalau begitu bebaskan para Pandawa,tidak hanya dibebaskan tapi berilah para Pandawa hadiah dengan mengabulkan segala permintaannya.Setelah kamu bebaskan para Pandawa,saya yakin raksasa itu akan luluh niatnya."
Batara Guru :"Begitu ya kakang Semar.Kalau begitu ulun pamit pulang ke kahyangan untuk membebaskan para Pandawa dan mengabulkan segala permintaanya."
Kembalilah para dewa ke kahyangan untuk membebaskan para Pandawa
Adegan dalam kawah
Pandu :"Yayi Madrim,sudah terasa sangat lama setelah kita melakukan dharma membesarkan Tetuko agar kakang latih berperang,dan terdengar berita bahwa Tetuko berhasil mengalahkan raja dari Gilingwesi.Sampai sekarang kok tidak ada tanda-tanda adanya pengampunan dari dewa.Apakah memang nasib kita selamanya berada disini yayi Madrim."
Setelah bicara demikian datanglah Bimo menghadap Prabu Pandu dan Madrim.
Bimo :"waaaaaaa,,,,dari luasnya lautan api,ini saya menemukan laki-laki dan perempuan duduk berdua ditengah api yang sangat panas.Kamu siapa?Darimana asalmu?Kenapa sampai di kawah Condrodimuko yang panasnya seribu kali panas api dunia."
Pandu :"Kisanak,perkenalkan diri saya ini ketika hidup di dunia bernama Pandu.Saya raja Astina dan wanita yang disebelah saya ini adalah istri saya Madrim."
Bimo :"waaaaa ayahanda"
Bimo memeluk ayahandandanya dan ibu,tak sealng lama Puntodewo dan adik-adiknya menyusul bertemulah keluarga Pandawa.Lagi asik bercengkrama dengan keluarga Pandu,tiba-tiba datanglah Batara Guru dan Narada mendekati mereka.
Batara Guru :"Titah ulun Pandudewanata,sekarang ulun jadi teringat akan janji ulun dulu.Bahwa ulun akan menaikan kito ke surga tingkat 7,ketika kito berhasil mendidik Tetuko menjadi jagonya dewa.Maka dari itu Pandu...mulai sekarang kito naikan ke surga tingkat 7 sesuai yang ulun janjikan dahulu.Sedang kito Bimo,ulun sudah memaafkan kesalahan kito.Dan para dewa mengucapkan terima kasih kepada kito,karena dengan kejadian ini ulun jadi teringat janji yang telah lama terlupakan.Sudahlah,para Pandawa naikalah ke mayaypada lagi melanjutkan darmanya seorang satria.Sedang kito Pandu,ayo bareng sama ulun naik ke surga loka.
Setelah Pandawa mentas dari kawah Condrodimuko,bertemulah dengan raksasa Drupoyaksa.Bersimpuhlah sang raksasa dan berubah wujud menjadi Drupadi dan Srikandi
TANCEP KAYON
(sanggit Ki Manteb Sudharsono ditulis ulang dg alih bahasa oleh MUHADI WMC)
Adegan Pisowanan Kahyangan
Sang Jagat Girinoto atau Batara Guru dihadapan para dewa dikahyangan mengadakan pisowanan agung.Tiba-tiba menghadaplah Batara Narada dengan Bimo.
Batara Guru :"Kakang Narada,bagaimana kabarnya kakang?Setelah ulun utus kakang untuk menghadapkan Bimo Suci dihadapan ulun?"
Batara Narada :"Iya adi Guru,berkat doa dari adi Guru tugas yang kito perintahkan telah ulun kerjakan dengan baik,dan titah dibelakang ulun inilah Bimo Suci."
Batara Guru :"Kabar yang sangat bagus sekali kakang Narada,coba ulun intrugasi Bimo Suci kakang.Heh titah ulun Bimo Suci,apa benar kito mengajarkan ilmu tentang rahasia hidup yang tersirat dalam Serat Jendra Pangruwating Dyu?"
Bimo Suci :"iya,memang benar yang disabdakan pikulun Batara Guru."
Batara Guru :"Apa kito mengetahui bahwa yang kito lakukan akan menimbulkan bencana bagi keseimbangan alam?"
Bimo Suci :"Saya tidak mengetahui sebab akibat yang akan timbul dengan apa yang telah saya lakukan.Saya merasa bahwa ajaran itu sangat luhur dan baik untuk manusia,terbukti bahwa manusia yang mengetahui ilmu rahasia hidup akan merasa sejahtera lahir batinnya."
Batara Guru :"Ketahuilah heh Bimo,bahwa apa yang kito lakukan menimbulkan panas yang sangat luar biasa,sehingga kalau kito terus melanjutkan mengajarkan ilmu rahasia hidup maka samudra utara dan samodra selatan akan mengering.Untuk itu,ulun sebagai pengatur keseimbangan kehidupan di mayaypada kito ulun jatuhi hukuman dengan memasukkan kito kedalam kawah Condrodimuko."
Bimo Suci :"waaah malah kebetulan sekali,jangan repot-repot saya sendiri yang akan masuk kedalam kawah Condrodimuko".
Keluarlah Bimo Suci dari pisowanan agung kahyangan dan berlari masuk kedalam kawah Condrodimuko.Sebantar setelah keluarnya Bimo dari pisowanan agung kahyangan,datanglah Puntodewa bersama Janoko dan kembar menghadap Batara Guru.
Batara Guru :"Ini seperti titah ulun Puntodewa bersama adik-adiknya sowan di pisowanan agung kahyangan.Ada perlu apakah heh Punto,sehingga kito sowan dengan wadah wantah?"
Puntodewo :"Iya pikulun mohon ampun apabila hamba bersama adik-adik hamba sowan tanpa ada undangan dari paduka pikulun.Karena rasa sayang kami kepada saudara kami Bimo,yang waktu ini sedang dihukum para dewa dimasukan ke kawah Condrodimuko,maka hamba beserta adik-adik hamba akan sebela pati."
Batara Guru :"Terus keinganan kalian bagaiman heh Punto?"
Puntodewa :"Hamba besrta saudara hamba akan ikut serta masuk kedalam kawah Condrodimuko,dijinkan atau tidak hamba akan memasuki kawah tersebut."
Setelah berbicara demikian,Puntodewa dan adik-adiknya keluar dari pisowanan dan masuk kedalam kawah Condrodimuko.
Sepekan berlalu para Pandawa masuk kedalam kawah Condrodimuko,tanpa sebab ada raksasa Drupoyakso mengamuk dikahyangan menuntut kebebasan para Pandawa.Semua dewa tidak mampu mengimbangi kesaktian raksasa Drupoyakso sehingga Batara Guru pun harus turun ke bumi untuk bersembunyi dan minta pertolongan.Dimayapada Batara Guru menemui kakaknya Semar Bodronoyo.
Semar :"huuuuuuuuuhhh ini seperti pikultn Batara Guru yang hadir di gubug saya,bagaimana kabarmu Guru?"
Batara Guru :"Iya kakang,memang benar ulun adikmu Batara Guru.Ulun kesini hendak minta pertolongan kepada kakang Semar."
Semar :"Eeeehhh,minta tolong apa dhi?Kalau sekiranya saya bisa menolongmu,tertentu saya akan menolongmu."
Batara Guru :"Begini kakang,kahyangan kedatngan musuh yang saktinya tiada tanding.Musuh yang berwujud raksasa bernama Drupoyaksa telah berani menggempur kahyangan dan berhasil menguasainya kakang.Maka dari itu kakang ulun minta pertolongan kakang Semar untuk menyirnakan raksasa ini kakang."
Semar :"Eeeeeeehhh,hebat benar raksasa itu,heh Guru!Apakah raksasa itu menuntut sesuatu darimu,sehingga raksasa itu berani mebuat onar di kahyangan?"
Batara Guru :"Iya kakang,benar katamu.Bahwa raksasa itu menuntut agar ulun membebaskan para Pandawa dari kawah Condrodimuko."
Semar :"Kalau begitu bebaskan para Pandawa,tidak hanya dibebaskan tapi berilah para Pandawa hadiah dengan mengabulkan segala permintaannya.Setelah kamu bebaskan para Pandawa,saya yakin raksasa itu akan luluh niatnya."
Batara Guru :"Begitu ya kakang Semar.Kalau begitu ulun pamit pulang ke kahyangan untuk membebaskan para Pandawa dan mengabulkan segala permintaanya."
Kembalilah para dewa ke kahyangan untuk membebaskan para Pandawa
Adegan dalam kawah
Pandu :"Yayi Madrim,sudah terasa sangat lama setelah kita melakukan dharma membesarkan Tetuko agar kakang latih berperang,dan terdengar berita bahwa Tetuko berhasil mengalahkan raja dari Gilingwesi.Sampai sekarang kok tidak ada tanda-tanda adanya pengampunan dari dewa.Apakah memang nasib kita selamanya berada disini yayi Madrim."
Setelah bicara demikian datanglah Bimo menghadap Prabu Pandu dan Madrim.
Bimo :"waaaaaaa,,,,dari luasnya lautan api,ini saya menemukan laki-laki dan perempuan duduk berdua ditengah api yang sangat panas.Kamu siapa?Darimana asalmu?Kenapa sampai di kawah Condrodimuko yang panasnya seribu kali panas api dunia."
Pandu :"Kisanak,perkenalkan diri saya ini ketika hidup di dunia bernama Pandu.Saya raja Astina dan wanita yang disebelah saya ini adalah istri saya Madrim."
Bimo :"waaaaa ayahanda"
Bimo memeluk ayahandandanya dan ibu,tak sealng lama Puntodewo dan adik-adiknya menyusul bertemulah keluarga Pandawa.Lagi asik bercengkrama dengan keluarga Pandu,tiba-tiba datanglah Batara Guru dan Narada mendekati mereka.
Batara Guru :"Titah ulun Pandudewanata,sekarang ulun jadi teringat akan janji ulun dulu.Bahwa ulun akan menaikan kito ke surga tingkat 7,ketika kito berhasil mendidik Tetuko menjadi jagonya dewa.Maka dari itu Pandu...mulai sekarang kito naikan ke surga tingkat 7 sesuai yang ulun janjikan dahulu.Sedang kito Bimo,ulun sudah memaafkan kesalahan kito.Dan para dewa mengucapkan terima kasih kepada kito,karena dengan kejadian ini ulun jadi teringat janji yang telah lama terlupakan.Sudahlah,para Pandawa naikalah ke mayaypada lagi melanjutkan darmanya seorang satria.Sedang kito Pandu,ayo bareng sama ulun naik ke surga loka.
Setelah Pandawa mentas dari kawah Condrodimuko,bertemulah dengan raksasa Drupoyaksa.Bersimpuhlah sang raksasa dan berubah wujud menjadi Drupadi dan Srikandi
TANCEP KAYON
(sanggit Ki Manteb Sudharsono ditulis ulang dg alih bahasa oleh MUHADI WMC)
Saturday, April 18, 2020
Sanggit Pandu Swargo Bag ll
Setelah perang gagal
Adegan lll (kahyangan)
Dikahyangan Jonggring Saloka terdapat pisowanan agung dihadiri dewa Bomo,dewa Indra,dewa Bayu,dewa Narada dan Batara Guru.Dalam pisowanan agung tersebut membahas tentang dunia yang sedang mengalami gejolak yang disebabkan oleh Bimo Suci yang mengajarkan rahasia kehidupan.
Batara Guru :"para dewa,ulun merasakan gejolaknya kawah Candradimuko yang semakin hari semakin panas.Ulun takut jika gejolak panas dari kawah Candradimuko ini akan meenimbulkn efek yang tidak baik bagi kehidupan di mayapada.Ada kejadian apakah yang membuat panasnya kawah Candradimuko sampai begitu terasa di mayapada kakang Narada?'
Batara Narada :"Duch pikulun,bahwa fenomena kawah Candradimuko yang panasnya sampai ke mayapada itu dikarenakan adanya rahasia hidup yang diungkap oleh resi yang baru saja muncul."
Batara Guru :"Lalu siapakah resi tersebut kakang Narada?"
Batara Narada :"Dia adalah putra Pandu yang bernama Bima,karena berhasil menemukan jati dirinya maka Bima berani mendirikan pertapaan yang berada di Argokeloso,dipertapan itu Bima bergelar Bimo Suci mengajarkan kepada para kesatria tentang ilmu rahasia hidup yaitu ilmu Sangkan Paraning Dumadi.Karena dahsyatnya ilmu itu maka kawah Candradimuko bergejolak dan menimbulkan panas yang diluar batas."
Batara Guru :"Kurang ajar sekali titah ulun yang bernama Bimo Suci itu,demi keselamatan para titah di mayapada ulun perintahkan kakang Narada untuk menangkap Bimo Suci untuk dimasukkan kedalam kawah Condrodimuko.Sebagai hukuman atas dosanya telah mengajarkan ilmu rahasia hidup kepada para murid-muridnya."
Batara Narada :"Sendiko dawuh pikulun."
Batara Guru :"Kulup batara Indra dan Bayu ikutlah kakang Narada turun ke mayapada tangkaplah Bimo Suci untuk diadili."
Batara Indra dan Bayu :"Sendiko dawuh romo Pikulun."
Turunlah 3 dewa menuju ke pertapaan Bimo Suci di Argokeloso.
Dipertapan Argokeloso sang Bimo Suci sedang dihadap para Pandawa dan Kresna.Sesampai di pertapan Batara Narada menyampaikan niatnya untuk menangkap Bimo Suci.
Batara Narada :"Kulup Bimo,kamu telah melanggar ketentuan para dewa dengan mengajarkan ilmu rahasia hidup kepada para satria.Karena kelakuanmu itu menimbulkan panasnya kawah Candrodimuko naik sampai ke mayapada yang membuat titah merasa kepanasan.Untuk itu ngger Bimo,kamu saya tangkap dan diadili dengan memasukkan kamu ke dalam kawah Condrodimuko."
Mendengar sabda dewa Narada sang Bimo Suci bersenang diri dan meminta Batara Narada untuk secepatnya membawa Bimo ke kawah Condrodimuko.Karena Bimo Suci tahu kalau dengan dimasukkan di kawah Condrodimuko dia akan bertemu dengan ayahandanya Prabu Pandu.
Bimo Suci :"Waaaaa malah kebetulan sekali kalau para dewa menginginkan saya masuk kawah Condrodimuko.Tidak usah repot-repot menangkap saya,biarkan saya masuk sendiri kedalam kawah."
Sang Bimo terbang secepat kilat diikuti oleh dewa Narada,Dewa Indra dan dewa Bayu menuju kawah Condrodimuko lalu tanpa ragu-ragu Bimo menyeburkan diri kedalam kawah.Sedangkan sisa Pandawa ditinggal di pertapan Argokeloso gelisah dan berunding.
Puntodewa :"Yayi Janoko,sudah menjadi janji kita bersama.Bahwa kita para Pandawa akan sehidup semati dalam suka maupun duka.Maka ayo yayi saya ajak kamu dan adikmu untuk menyusul Bimo."
Janoko :"Mari kanda saya ikut serta langkah kanda prabu."
Para Pandawa menyusul terbang ke kahyangan dan menceburkan diri kedalam kawah Condrodimuko.Tinggalah Kresno dan putra Pandawa yang berada di pertapan Argokeloso,tak lama kemudian datanglah Drupadi dan Sembadra menanyakan keberadaan suaminya.Oleh Kresna Drupadi dan Sembadra diberi tahu bahwa suaminya dimasukkan ke kawah Condrodimuko.
Drupadi :"Duch kakangmas,jangan mati sendiri kangmas saya akan menyusulmu masuk ke kawah Condrodimuko."
Kresna :"Sabar yayi,jangan tergesa -gesa dalam mengambil keputusan."
Drupadi :"Lalu bagaimana kakang?Hidup tiada berguna tanpa kekasih disisi."
Kresna :"Iya yayi,memang tidak heran jika seseorang ditinggal pergi kekasihnya tertentu akan hilang akal sehatnya lalu memutuskan jalan pintas."
Drupadi :"Apakah ada cara untuk menyelamatkan suami hamba kakang?"
Kresna :"Ada yayi,,saratnya kamu dan yayi Srikandi harus menurut dengan perintah saya."
Drupadi :"Asalkan bisa menyelamatkan suami hamba,saya sanggup kakang."
Kresno :"Kalau begitu kesinilah yayi dewi,kakang akan merubah wujudmu menjadi raksasa."
Dengan kesaktian Kresna,dewi Drupadi dan dewi Srikandi dirubah menjadi satu raksasa yang sangat besar dan menakutkan.
Kresno :"Yayi Drupadi dan kamu Srikandi,kini kamu telah menjadi raksasa bernamalah Drupoyaksa.Sebagai senjata,ini saya pinjami Cakra Baskara,selamatkanlah suamimu yayi."
Drupoyakso :"Sendiko dawuh kakang prabu>"
Berangkatlah raksasa Drupoyakso ke kahyangan.
......
......
......
goro-goro
Adegan lll (kahyangan)
Dikahyangan Jonggring Saloka terdapat pisowanan agung dihadiri dewa Bomo,dewa Indra,dewa Bayu,dewa Narada dan Batara Guru.Dalam pisowanan agung tersebut membahas tentang dunia yang sedang mengalami gejolak yang disebabkan oleh Bimo Suci yang mengajarkan rahasia kehidupan.
Batara Guru :"para dewa,ulun merasakan gejolaknya kawah Candradimuko yang semakin hari semakin panas.Ulun takut jika gejolak panas dari kawah Candradimuko ini akan meenimbulkn efek yang tidak baik bagi kehidupan di mayapada.Ada kejadian apakah yang membuat panasnya kawah Candradimuko sampai begitu terasa di mayapada kakang Narada?'
Batara Narada :"Duch pikulun,bahwa fenomena kawah Candradimuko yang panasnya sampai ke mayapada itu dikarenakan adanya rahasia hidup yang diungkap oleh resi yang baru saja muncul."
Batara Guru :"Lalu siapakah resi tersebut kakang Narada?"
Batara Narada :"Dia adalah putra Pandu yang bernama Bima,karena berhasil menemukan jati dirinya maka Bima berani mendirikan pertapaan yang berada di Argokeloso,dipertapan itu Bima bergelar Bimo Suci mengajarkan kepada para kesatria tentang ilmu rahasia hidup yaitu ilmu Sangkan Paraning Dumadi.Karena dahsyatnya ilmu itu maka kawah Candradimuko bergejolak dan menimbulkan panas yang diluar batas."
Batara Guru :"Kurang ajar sekali titah ulun yang bernama Bimo Suci itu,demi keselamatan para titah di mayapada ulun perintahkan kakang Narada untuk menangkap Bimo Suci untuk dimasukkan kedalam kawah Condrodimuko.Sebagai hukuman atas dosanya telah mengajarkan ilmu rahasia hidup kepada para murid-muridnya."
Batara Narada :"Sendiko dawuh pikulun."
Batara Guru :"Kulup batara Indra dan Bayu ikutlah kakang Narada turun ke mayapada tangkaplah Bimo Suci untuk diadili."
Batara Indra dan Bayu :"Sendiko dawuh romo Pikulun."
Turunlah 3 dewa menuju ke pertapaan Bimo Suci di Argokeloso.
Dipertapan Argokeloso sang Bimo Suci sedang dihadap para Pandawa dan Kresna.Sesampai di pertapan Batara Narada menyampaikan niatnya untuk menangkap Bimo Suci.
Batara Narada :"Kulup Bimo,kamu telah melanggar ketentuan para dewa dengan mengajarkan ilmu rahasia hidup kepada para satria.Karena kelakuanmu itu menimbulkan panasnya kawah Candrodimuko naik sampai ke mayapada yang membuat titah merasa kepanasan.Untuk itu ngger Bimo,kamu saya tangkap dan diadili dengan memasukkan kamu ke dalam kawah Condrodimuko."
Mendengar sabda dewa Narada sang Bimo Suci bersenang diri dan meminta Batara Narada untuk secepatnya membawa Bimo ke kawah Condrodimuko.Karena Bimo Suci tahu kalau dengan dimasukkan di kawah Condrodimuko dia akan bertemu dengan ayahandanya Prabu Pandu.
Bimo Suci :"Waaaaa malah kebetulan sekali kalau para dewa menginginkan saya masuk kawah Condrodimuko.Tidak usah repot-repot menangkap saya,biarkan saya masuk sendiri kedalam kawah."
Sang Bimo terbang secepat kilat diikuti oleh dewa Narada,Dewa Indra dan dewa Bayu menuju kawah Condrodimuko lalu tanpa ragu-ragu Bimo menyeburkan diri kedalam kawah.Sedangkan sisa Pandawa ditinggal di pertapan Argokeloso gelisah dan berunding.
Puntodewa :"Yayi Janoko,sudah menjadi janji kita bersama.Bahwa kita para Pandawa akan sehidup semati dalam suka maupun duka.Maka ayo yayi saya ajak kamu dan adikmu untuk menyusul Bimo."
Janoko :"Mari kanda saya ikut serta langkah kanda prabu."
Para Pandawa menyusul terbang ke kahyangan dan menceburkan diri kedalam kawah Condrodimuko.Tinggalah Kresno dan putra Pandawa yang berada di pertapan Argokeloso,tak lama kemudian datanglah Drupadi dan Sembadra menanyakan keberadaan suaminya.Oleh Kresna Drupadi dan Sembadra diberi tahu bahwa suaminya dimasukkan ke kawah Condrodimuko.
Drupadi :"Duch kakangmas,jangan mati sendiri kangmas saya akan menyusulmu masuk ke kawah Condrodimuko."
Kresna :"Sabar yayi,jangan tergesa -gesa dalam mengambil keputusan."
Drupadi :"Lalu bagaimana kakang?Hidup tiada berguna tanpa kekasih disisi."
Kresna :"Iya yayi,memang tidak heran jika seseorang ditinggal pergi kekasihnya tertentu akan hilang akal sehatnya lalu memutuskan jalan pintas."
Drupadi :"Apakah ada cara untuk menyelamatkan suami hamba kakang?"
Kresna :"Ada yayi,,saratnya kamu dan yayi Srikandi harus menurut dengan perintah saya."
Drupadi :"Asalkan bisa menyelamatkan suami hamba,saya sanggup kakang."
Kresno :"Kalau begitu kesinilah yayi dewi,kakang akan merubah wujudmu menjadi raksasa."
Dengan kesaktian Kresna,dewi Drupadi dan dewi Srikandi dirubah menjadi satu raksasa yang sangat besar dan menakutkan.
Kresno :"Yayi Drupadi dan kamu Srikandi,kini kamu telah menjadi raksasa bernamalah Drupoyaksa.Sebagai senjata,ini saya pinjami Cakra Baskara,selamatkanlah suamimu yayi."
Drupoyakso :"Sendiko dawuh kakang prabu>"
Berangkatlah raksasa Drupoyakso ke kahyangan.
......
......
......
goro-goro
Friday, April 17, 2020
Sanggit Pandu Swargo bag l
Adegan 1 Prolog (kawah candra dimuko)
Pandu bersama dewi Madrim sedang berbincang-bincang menyesali keadaan yang menyebabkan mereka berdua berada dikawah Candra Dimuko.
Dewi Madrim :"Kakanda Prabu,maafkan dinda Madrim kanda. Karena kecerobohan dinda sehingga kita berdua berada di alam pasiksan seperti ini. Andaikata dulu semasa di dunia saya menuruti Yunda Dewi Kunthi,tentu kita tidak akan kejadian seprti ini kanda ".
Prabu Pandu :" Sudahlah Dinda,semua takdir dan garis cerita hidup ini sudah menjadi ketentuan para dewa. Kita sebagai titah dewa hanya bisa menjalani kodrat yang telah tertulis,iklaskan hatimu Dinda dewi,kakang yakin bahwa dharma yang telah kita perbuat ketika di dunia akan membuat kita tidak selamanya mendiami alam pasiksan ini dinda ".
Dewi Madrim :"Iya kanda,dinda juga percaya akan adanya dharma.Tapi sampai kapan kanda? Sedangkan alam pasiksan ini sangatlah panas sekali,sehinggga sehari saja disini akan terasa 1 tahun ".
Prabu Pandu :"Dinda,tenangkanlah hatimu.Sebentar lagi kita akan dapat petunjuk dari dewata agung ".
Selagi asik berbincang-bincang dengan Dewi Madrim,ada kejadian yang sangat aneh.Dari atas cemlorot jatuh dipangkuan sang Prabu Pandu seorang bayi laki-laki yang wajahnya sangat bersinar terang.Sang bayi dipasrahkan kepada Madrim,tak lama kemudian berjatuhan dari atas berbagai senjata.Oleh Prabu Pandu senjata-senjata itu ditangkap lalu dimasukkan kedalam tubuh jabang bayi tersebut.
Prabu Pandu :"Dinda dewi,lihatlah ada seorang bayi yang jatuh di pangkuanku.Putra siapakah ini dinda?Teganya manusia yang masih hidup,bayi yang baru lahir sudah dimasukkan di tempat yang seperti ini".
Setelah Prabu Pandu berbicara demikian datanglah Batara Narada mendekati tempat duduk Prabu Pandu dan Dewi Madrim.
Batara Narada :"Heh titah ulun Pandu Dewayana,kamu jangan kaget dengan adanya bayi yang jatuh diatas pangkuanmu.Bayi itu bukan orang lain bagimu,dia adalah putra dari Wrekudoro yang bernama Tetuko. Oleh Dewa,jabnag Tetuko akan dijadikan jago untuk mengalahkan musuh para Dewa yaitu patih Sekipu yang berani buat onar di kahyangan.Oleh karena itu heh Pandu,tugasmu adalah ajari bayi itu ketrampilan perang,setelah bayi itu trampil berperang maka akan ulun ambil untuk berperang dengan musuh para Dewa.Nanti kalau bayi putra Wrekudoro ini menang melawan musuh para dewa,kamu dan istrimu Madrim akan ulun naikan ke surga tingkat 7 sebagai imbalan atas jasamu."
Prabu Pandu :"Duh Pikulun,bahagia sekali bagi hamba bisa membantu para Jawata.Tidak ada kata lain hanya kesanggupan yang hamba haturkan kepada Pikulun".
Batara Narada :"Kalau begitu,coba bayi itu ulun usapi pakai air gege biar cepat dewasa ".
Bayi itu lalu diusapi Batara Narada air gege sehingga dewasalah sang bayi.Tumbuhnya bayi yang menjadi dewasa bersamaan dengan hilangnya Batara Narada dari hadapan Prabu Pandu.
Tetuko :"Koe sopo"?
Prabu Pandu :"Iyo bocah bagus,mokal kalau kamu tidak tahu sopan santun.Karena dewasamu dipercepat oleh Dewa sehingga kamu tidak bisa bersopan santun.Kenalkan ya nak,say ini Prabu Pandu dan ini istriku Dewi Madrim,kami adalah eyangmu nak.Disini bukan alam yang semestinya kamu tinggali nak,kamu kesini diantar oleh Batara Narada untuk dilatih ketrampilan berperang.Maka bersungguhlah berlatih nak,semua ilmu perang eyang akan eyang ajarkan kepadamu."
Tetuko :"Sendiko dawuh eyang".
Singkat cerita sang Tetuko telah selesai digembleng oleh eyangnya.
Prabu Pandu :"Tetuko,semua ilmu perang telah eyang ajarkan kepadamu.Basmilah angkara murka yang telah membuat gaduh kahyangan".
Tetuko :"Sendiko dawuh eyang"
Keluarlah Tetuko dari kawah Condrodimuko menuju kahyangan,sesampai kahyangan Tetuko berperang dengan bala tentara denawa dari negara Gilingwesi dan berhasil membunuh patih Sekipu dan rajanya Prabu Nogo Pracona.
Adegan ll (Pertapan Argokeloso)
Bima Suci dihadap oleh Begawan Abiyasa dan Anoman
Begawan Abiyoso :"Ngger,begitulah ceritanya. Jadi sampai sekarang bapakmu Prabu Pandu masih hidup,hanya saja saat ini bapakmu masih berada di alam penantian di kawah Candradimuko".
Bima Suci :"waaaaaa...berarti romo Pandu masih hidup,kalau begitu kawah candradimuko saya masukin dan mengangkat romo Pandu ke surga".
Begawan Abiyoso :"sebentar...sebentar....ngger cucu saya yang banget saya sayangi. Tujuanmu mengentaskan bapakmu dari pasiksan yang dailami itu sangat baik,tapi kelakuan baik tanpa melalui jalur yang benar itu menghasilkan sesuatu yang kurang baik".
Bima Suci :"Terus harus sampai kapan saya harus menunggu eyang dan bagaimana cara saya agar bisa mensurgakan orang tua saya"??
Begawan Abiyasa :"Sabar cucuku,nanti sebentar lagi ada petunjuk dari Dewa".
Selesai berkata demikian,datnglah Resi Kumboyono/Durno menghadap Bimo Suci di pertapan Argo Keloso.
Bimo Suci :"Bopo Durno,tidak seprti biasa bopo Durno menghadap saya di pertapan Argo Keloso ini bopo.Ada maksud apakah bopo Durno menghadap saya?"
Resi Durno :"Duch putra siswaku yang wasis,jangan kaget ya ngger bahwa bopo Durno menghadamu tanpa ada undangan darimu.Saya kesini sebagai utusan dari kakakmu Prabu Duryudono untuk mewartakan bahwa kamu benar-benar mendirikan pertapan disini.Selanjutnya apabila warta itu benar saya diperintahkan untuk menarik pajak dari pertapan yang telah didirikan,mengingat bahwa pertapan Argo Keloso ini termasuk wilayah Ngastino.Kalaupun pertapan ini tidak mau membayar pajak maka bopo Durno diberi kuasa untuk membumi hanguskan pertapan ini."
Bimo Suci :"Seperti yang bopo lihat,bahwa saya benar mendirikan pertapan".
Resi Durno :"Iya benar putraku,bopo juga melihatnya dengan nyata.Bopo juga heran dengan kakakmu Duryudono,saudara mendirikan sekolahan yang bertujuan mencerdaskan warga kok mau di bubarkan.Sampai-sampai saya dituduh sebagai Resi yang hidup seprti benalu,dibiayai Kurowo tetapi malah memuliakan Pandawa,"
Begawan Abiyoso :"Kumboyono,yang sabar ya sang resi.Memang demikian kelakuan dan tabiatnya cucuku para Kurawa.Saya yang memintakan maaf atas kelakuan cucuku par Kurawa".
Resi Durno :"iya penemban,tidak jadi masalah.Bagi saya hal itu saya jadikan pupuk yang menaburi rasa kesabaran saya kok sang penemban".
Bimo Suci :"Lalu mau bopo Durno bagaimana setelah mengetahui pertapan ini,dan saya tidak akan membayar pajak karena tanah ini adalah tanah mardikan,tanah yang bebas pajak."
Resi Durno :"Saya tidak akan melaksanakan perintah dari Prabu Duryudono,malah saya bangga mempunyai siswa yang cerdas seperti ananda Bima.Selanjutnya saya malah ikut ananda Bima saja tinggal disini.Tetapi,bopo Durno diikuti oleh para tentara Ngastino,kalau mereka tahu bopo Durno ikut dengan Bima,pasti mereka akan menyerang kesini ngger."
Bimo Suci :"Bopo Durno tidak perlu khawatir... Anoman!!
Anoman :"Ada apa penemban"
Bimo Suci :"Kelihatanya pertapan ini telah kedatngan musuh."
Anoman :"Penemban Bimo Suci tidak perlu repot-repot menghadapi musuh ini,cukup Anoman dan putra-putra Pandawa yang akan menghadapinya."
Bimo Suci :"Eyang Abiyasa dan bopo Durno,,saya mohon ijin untuk masuk ke sanggar pemujaan.Memohon petunjuk kepada dewa agar tujuan saya mensuargakan orang tua saya terlaksana."
Resi Durno dan Begawan Abiyoso :"Silahkan ananda."
Bimo Suci :"Anoman,keamanan dan ketentraman pertapan ini saya serahkan kepadamu."
Anoman :"sendiko dawuh penemban."
........
.......
.......
LIMBUKAN
Thursday, April 16, 2020
SANG PEMANGKU BUDAYA KLATEN
KI PUJO SUMARTO DALANG KLATEN
Pujo Sumarto adalah seorang seniman pedalangan wayang kulit purwa gaya Surakarta yang dilahirkan pada tanggal 21 Juli 1903 di Klaten, Jawa Tengah[1] dan meninggal pada tanggal 9 Desember 1978 di Makam Desa Gergunung, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten. Dia merupakan putra dari Kyai Warnodiyoso yang juga seorang seniman pedalangan gaya Surakarta. Ki Pujo Sumarto memperoleh pendidikan seni pedalangan dan karawitan di Sekolah Pedalangan Paheman Radya Pustaka di bawah asuhan Raden Ngabehi (R. Ng.) Atmocendono, Raden Mas Ngabehi (R.M. Ng.) Dutodilogo, Raden Lurah (R.L.) Mloyosudiro, R.L. Darmoperdonggo, R.L. Darmowiyogo, dan R.L. Jogopradongo. Kariernya sebagai dalang dimulainya sejak kecil. Pada awalnya, dia mendalang di desanya sendiri kemudian ke tingkat kabupaten dan kota-kota besar lainnya di Pulau Jawa.[2]
Nama Ki Pujo Sumarto sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya yang berkecimpung di dalam bidang seni pedalangan. Ketenaran namanya disebabkan oleh pengabdiannya yang begitu tinggi dalam bidang pedalangan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa seluruh hidup Ki Pujo Sumarto dipersembahkan pada kesenian tersebut.[3]
Ki Dalang Raden Tjioe Bian Djiang atau Widayat Djiang (dalang peranakan China yang berasal dari Kabupaten Nganjuk)[4][5] secara tidak langsung juga belajar pada Ki Pujo Sumarto.[6] Ki Pujo Sumarto merupakan salah satu dalang panutan Widayat Djiang. Dia banyak menyerap ilmu tentang pedalangan dari Ki Pujo Sumarto dengan selalu menyaksikannya saat pentas. Selain memberikan hiburan, Ki Pujo Sumarto mampu mengedukasi penonton dan konsisten menjaga pakem[7] (teknis pakeliran)[8] dalam pertunjukan wayangnya. Kekaguman Widayat Djiang kepada Ki Pujo Sumarto lebih disebabkan karena tingkat keilmuan yang dimiliki oleh Ki Pujo Sumarto. Kemampuannya dalam meramu hiburan dan tuntunan dalam pertunjukan wayang menjadi daya tarik tersendiri bagi Widayat Djiang. Dalam menggali ilmu pedalangan pada Ki Pujo Sumarto, Widayat Djiang tidak hanya berhenti dalam menyaksikan pagelarannya saja, namun juga sering datang ke rumahnya. Widayat Djiang bahkan pernah meminta saran dan dukungan kepada Ki Pujo Sumarto ketika diminta Ir. Soekarno untuk mengisi acara di Jakarta.[9]
(Sumber berita wikipedia)
Pujo Sumarto adalah seorang seniman pedalangan wayang kulit purwa gaya Surakarta yang dilahirkan pada tanggal 21 Juli 1903 di Klaten, Jawa Tengah[1] dan meninggal pada tanggal 9 Desember 1978 di Makam Desa Gergunung, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten. Dia merupakan putra dari Kyai Warnodiyoso yang juga seorang seniman pedalangan gaya Surakarta. Ki Pujo Sumarto memperoleh pendidikan seni pedalangan dan karawitan di Sekolah Pedalangan Paheman Radya Pustaka di bawah asuhan Raden Ngabehi (R. Ng.) Atmocendono, Raden Mas Ngabehi (R.M. Ng.) Dutodilogo, Raden Lurah (R.L.) Mloyosudiro, R.L. Darmoperdonggo, R.L. Darmowiyogo, dan R.L. Jogopradongo. Kariernya sebagai dalang dimulainya sejak kecil. Pada awalnya, dia mendalang di desanya sendiri kemudian ke tingkat kabupaten dan kota-kota besar lainnya di Pulau Jawa.[2]
Nama Ki Pujo Sumarto sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya yang berkecimpung di dalam bidang seni pedalangan. Ketenaran namanya disebabkan oleh pengabdiannya yang begitu tinggi dalam bidang pedalangan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa seluruh hidup Ki Pujo Sumarto dipersembahkan pada kesenian tersebut.[3]
Ki Dalang Raden Tjioe Bian Djiang atau Widayat Djiang (dalang peranakan China yang berasal dari Kabupaten Nganjuk)[4][5] secara tidak langsung juga belajar pada Ki Pujo Sumarto.[6] Ki Pujo Sumarto merupakan salah satu dalang panutan Widayat Djiang. Dia banyak menyerap ilmu tentang pedalangan dari Ki Pujo Sumarto dengan selalu menyaksikannya saat pentas. Selain memberikan hiburan, Ki Pujo Sumarto mampu mengedukasi penonton dan konsisten menjaga pakem[7] (teknis pakeliran)[8] dalam pertunjukan wayangnya. Kekaguman Widayat Djiang kepada Ki Pujo Sumarto lebih disebabkan karena tingkat keilmuan yang dimiliki oleh Ki Pujo Sumarto. Kemampuannya dalam meramu hiburan dan tuntunan dalam pertunjukan wayang menjadi daya tarik tersendiri bagi Widayat Djiang. Dalam menggali ilmu pedalangan pada Ki Pujo Sumarto, Widayat Djiang tidak hanya berhenti dalam menyaksikan pagelarannya saja, namun juga sering datang ke rumahnya. Widayat Djiang bahkan pernah meminta saran dan dukungan kepada Ki Pujo Sumarto ketika diminta Ir. Soekarno untuk mengisi acara di Jakarta.[9]
(Sumber berita wikipedia)
Wednesday, April 15, 2020
Terbentuknya Komunitas Pecinta Wayang Klaten
Bulan Mei tahun 2019 berlokasi di Jl.Cemara no 17 Klaten ada pertemuan antara seniman dan penikmat seni.Dengan tema"ngopi bareng cemara" pertemuan itu membicarakan banyak hal tentang perkembangan seni terutama seni tradisonal "wayang kulit".Diakui secara luas,baik di instansi pendidikan tinggi maupun di publik umum bahwa kota Klaten memiliki seniman dalang yang berjumlah sangat fantastis dibanding dengan kota-kota lain.Sehingga pada jamannya Klaten melahirkan seniman dalang yang sangat luar biasa yaitu KI NARTO SABDO,konon katanya KI GONDO DARMAN juga berasal dari Klaten.Setelah fase kebesaran KI NARTO SABDO para maestro dalang Klaten mampu mencetak generasi seniman yang tak kalah hebatnya dengan KI NARTO SABDO.Dalang hebat setelah beliau KI NARTO SABDO adalah KI ANOM SUROTO putra daerah Juwiring.
Dimasa kini,Klaten belum muncul seniman dalang yang bisa sehebat beliau-beliau sang maestro dalang.Berawal dari situlah seniman dalang yang diwakili KI MULYONO PURWO WIJOYO,seniman komedian diwakili duo sinden APRI&MIMIN,penggiat sanggar diwakili KI APRI (OMAH WAYANG) dan pecinta seni wayang diwakili MUHADI.Beliau-beliau ini membahas tentang tantangan kedepan untuk memunculkan seniman hebat seperti pendahulu-pendahulu sang maestro dalang.Dan ngopi bareng cemara itu menyimpulkan bahwa semua permasalahan tersebut diatas karena kurangnya publikasi secara aktif dan terus menerus.
Sebagai wujud nyata dalam pembicaraan tersebut menghasilkan point penting dan memberikan kontribusi positif bagi generasi dalang Klaten. Di bulan itu terbentuklah paguyupan pecinta wayang kulit dengan nama "WAYANG MANIA COMUNITY KLATEN"yang nantinya tugas paguyupan ini mempublikasikan jadwal pagelaran wayang kulit di wilayah Klaten dan kota sekitarnya.Di bulan itu pula WAYANG MANIA COMUNITY atau lazim disingkat WMC KLATEN bekerja secara intens mengupload jadwal wayang dalang Klaten.Kontribusi yang positif bagi seniman dalang Klaten sehingga nama dalang Klaten sering muncul di medsos baik di facebook maupun di website kluban net.
Sebulan setelah WMC KLATEN terbentuk menyusul akun youtube bernama "SANGGAR CEMARA"lahir. Kiprah chanel youtube ini sangat besar pengaruhnya di dunia pedalangan Klaten.Kerjasama antara WMC KLATEN sebagai penggerak pecinta seni dan SANGGAR CEMARA sebagai media penyiaran seni wayang memberikan sumbang sih kepada dunia wayang di kota bersinar.
Subscribe to:
Comments (Atom)






